Minggu, 08 Januari 2017

Precognitive Dream (Part 19)

Dan mimpi-mimpi gw terus berlanjut. Ini terjadi saat gw pulang ke rumah bulan Desember lalu. Hari pertama gw pulang, saat tidur gw bermimpi. Di mimpi tersebut gw lagi ngobrol sama dua orang temen gw yang berprofesi sebagai dokter. Gw bilang ke mereka, “Orang yang punya alergi itu ga bisa sembuh, mereka cuma bisa menghindari penyebab alergi (supaya alerginya ga kambuh)”. Begitulah kira-kira ucapan gw ke temen gw, di mimpi itu.
Bangun tidur, saat gw mau shalat shubuh, gw ngerasa lengan gw agak gatel. Pas gw liat, ternyata lengan gw memerah dan bentol. Sepertinya alergi gw kambuh setelah setahun lebih ga muncul. Gw juga ga tau pasti apa penyebab alergi gw tapi kemungkinan besar adalah cuaca dingin saat imunitas tubuh gw rendah. Gw pun langsung keinget mimpi gw itu, “orang yang punya alergi harus menghindari penyebab alerginya”. Setelah shalat shubuh, gw pun langsung membungkus badan gw pake selimut biar ga kedinginan. Badan gw harus tetap hangat supaya alergi tersebut tidak menyebar. Alhamdulillah, siangnya alergi tersebut menghilang dan ga muncul lagi.
Beberapa hari kemudian, hal tersebut terjadi lagi. Gw kembali bermimpi. Di mimpi tersebut, gw bertemu dengan dua orang saudara jauh gw, mereka kakak adik. Karena mereka masih kecil, saat bertemu dengan gw, mereka mencium tangan gw, salaman gitu. Salah satu dari mereka gw lihat sakit cacar atau campak, gw juga ga begitu jelas ngeliatnya. Saat bangun tidur, gw dapat mengingat dengan jelas mimpi tersebut. Apakah salah satu dari mereka sakit cacar atau campak? Itu yang gw pikirkan saat gw bangun tidur. Tapi kemudian, gw hanya menganggap itu mimpi biasa. "Ah, cuma mimpi. Lagian, mimpinya aneh", begitulah gw berfikir.
Beberapa hari kemudian, gw dan keluarga gw pergi  ke rumah nenek gw. Awalnya, gw ga mau ikut karena seminggu sebelumnya baru aja pergi kesana. Tapi, karena ada hal penting yang harus dilakukan, gw pun ikut. Sesampainya di sana, ternyata dua orang saudara jauh gw tersebut lagi main ke rumah nenek gw, padahal sebelumnya, saat gw pergi ke sana satu minggu sebelumnya, gw sama sekali ga ketemu mereka. Saat melihat gw, mereka pun saliman dan mencium tangan gw karena gw lebih tua dari mereka. Tiba-tiba, gw keinget mimpi gw beberapa hari sebelumnya. Mimpi tersebut... benar-benar terjadi. Yap, gw beneran ketemu sama mereka dan mereka saliman sama gw dan mencium tangan gw. Gw jadi merhatiin mereka, apakah mereka benar-benar sakit cacar atau campak seperti yang ada di mimpi gw sebelumnya?. Sepertinya enggak, mereka sehat-sehat aja. Oh, syukurlah mereka baik-baik aja.

Jadi kesimpulannya, ga semua yang gw mimpikan akan benar-benar terjadi di kemudian hari, kadang hanya sebagian, kadang tidak sama sekali. Oleh karena itu, saat gw bermimpi dan gw bisa mengingat mimpi tersebut dengan jelas saat bangun, gw ga berani menyimpulkan apapun. Hanya waktu yang bisa menjawab apa arti dari mimpi tersebut, atau bahkan mimpi tersebut bisa jadi tidak memiliki arti apa-apa, hanya sekedar bunga tidur dan tidak akan terjadi di kehidupan nyata. Gw hanyalah manusia biasa, hanya nabi yang mimpinya 100 persen benar dan terjadi di kehidupan nyata. Orang Islam biasa seperti gw hanya akan tau arti mimpi tersebut saat sudah benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Wallahu 'alam.

Sabtu, 07 Januari 2017

Precognitive Dream (Part 18)

Kesimpulannya adalah, dalam Islam, mimpi memiliki kedudukan tersendiri. Nabi Muhammad SAW telah mengatakan bahwa jika hari kiamat telah dekat, mimpi seorang muslim yang shalih dan jujur perkataannya hampir tidak ada dustanya, yang artinya, mimpi tersebut mendekati benar dan sangat mungkin terjadi di kehidupan nyata jika mimpi tersebut adalah mimpi yang baik. Mimpi yang baik datang dari Allah sebagai kabar gembira bagi hamba-Nya, sementara mimpi buruk datang dari syaithan dan tidak benar. Saat kita mendapat mimpi buruk, hendaknya kita berdo’a pada Allah dan mimpi buruk tersebut tidak akan terjadi. Baiklah, kabar baiknya, mimpi yang baik dan benar-benar terjadi di kehidupan nyata adalah kabar gembira dari Allah. Kabar buruknya, hal ini merupakan salah satu ciri atau tanda bahwa hari kiamat semakin dekat, seperti yang dikatakan Rasulullah SAW, “Ketika kiamat telah mendekat, mimpi seorang muslim hampir tidak ada dustanya. Mimpi salah seorang di antara kalian yang paling mendekati kebenaran adalah mimpi orang yang paling jujur dalam berbicara”. Gw semakin takut dan sedikit demi sedikit berusaha untuk memperbaiki ibadah dan amal.
Meski demikian, gw masih takut kalo apa yang gw alamin ini merupakan gangguan jin atau syaithan. Akhirnya, suatu hari, gw dan temen gw pergi ke bengkel ruhani buat diruqyah. Temen gw ini sebut saja Walidatul laili, nama asli, dan biasa gw panggil encrung. Wkwkwk, maap ya waal. Nah, singkat cerita, saat diruqyah, gw tidur di atas tempat tidur. Saat itu, yang diruqyah ga cuma gw, tapi ada satu ibu yang ditemani anaknya. Gw pun berbaring di atas tempat tidur, memejamkan mata sambil mendengarkan ayat-ayat ruqyah, sementara Wali duduk di kursi yang ada disana.

Setelah proses ruqyah selesai, gw ga merasakan ada keanehan atau reaksi apapun. Tapi, kata si Wali, di tengah-tengah ruqyah, ibu yang diruqyah bareng gw menunjukkan reaksi. Matanya yang tadinya merem tiba-tiba melek dan tangannya ngangkat, kayak orang yang tersentak. Gw ga tau apa-apa karena mata gw juga merem. Oh berarti, sepertinya ada jin yang mengganggu ibu tersebut, sepertinya. Dan gw, Alhamdulillah baik-baik aja, ga ada apa-apa. Semoga, mimpi-mimpi gw yang benar-benar terjadi tersebut memang dari Allah dan bukan dari jin/syaithan.

Precognitive Dream (Part 17)

Mimpi mempunyai kedudukan yang agung dalam Islam. Bagaimana tidak, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menjadikannya sebagai isyarat akan datangnya kabar gembira. Bahkan dalam hadits yang lain beliau shallallahu alaihi wasallam telah bersabda: الرُّؤْيَا الْحَسَنَةُ مِنْ الرَّجُلِ الصَّالِحِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ “Mimpi baik yang berasal dari seorang yang saleh adalah satu bagian dari 46 bagian kenabian.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Menjelaskan hadits yang semakna dengan di atas, Asy-Syaikh Muhammad Al-Utsaimin rahimahullah berkata, ”Makna sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِيْنَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ  adalah apa yang diimpikan seorang mukmin akan terjadi dengan benar, karena mimpi tersebut merupakan permisalan yang dibuat bagi orang yang bermimpi. Terkadang mimpi itu adalah berita tentang sesuatu yang sedang atau akan terjadi kemudian sesuatu itu benar terjadi persis seperti yang diimpikan.
Dengan demikian, dari sisi ini mimpi diibaratkan seperti nubuwwah dalam kebenaran apa yang ditunjukkannya, walaupun mimpi berbeda dengan nubuwwah. Karena itulah mimpi dikatakan satu dari 46 bagian nubuwwah. Kenapa disebut 46 bagian, karena hal ini termasuk perkara tauqifiyyah (yang ditetapkan hanya dengan wahyu). Tidak ada yang mengetahui hikmahnya sebagaimana halnya bilangan-bilangan rakaat dalam shalat.
Adapun ciri orang yang benar mimpinya adalah seorang mukmin yang jujur, bila memang mimpinya itu mimpi yang baik/bagus. Jika seseorang dikenal jujur ucapannya ketika terjaga, ia memiliki iman dan takwa, maka secara umum mimpinya benar. Karena itulah, hadits ini pada sebagian riwayatnya datang dengan menyebutkan adanya syarat, yaitu mimpi yang baik/bagus dari seorang yang shalih. Dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: أَصْدَقُهُمْ رُؤْيًا أَصْدَقُهُمْ حَدِيْثًا “Orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur ucapannya.” Akan tetapi, perlu diketahui di sini bahwa mimpi yang dilihat seseorang dalam tidurnya itu ada tiga macam: Pertama: Mimpi yang benar lagi baik. Inilah mimpi yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai satu dari 46 bagian kenabian. Secara umum, mimpinya itu tidak terjadi di alam nyata. Namun terkadang pula terjadi persis seperti yang dilihat dalam mimpi. Terkadang terjadi di alam nyata sebagai penafsiran dari apa yang dilihat dalam mimpi.
Dalam mimpi ia melihat satu permisalan kemudian ta’bir dari mimpi itu terjadi di alam nyata namun tidak mirip betul. Contohnya seperti mimpi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa waktu sebelum terjadi perang Uhud. Beliau mimpi di pedang beliau ada rekahan/retak dan melihat seekor sapi betina disembelih. Ternyata retak pada pedang beliau tersebut maksudnya adalah paman beliau Hamzah radhiyallahu ‘anhu akan gugur sebagai syahid. Karena kabilah (kerabat/keluarga) seseorang kedudukannya seperti pedangnya dalam pembelaan yang mereka berikan berikut dukungan dan pertolongan mereka terhadap dirinya. Sementara sapi betina yang disembelih maksudnya adalah beberapa sahabat beliau radhiyallahu ‘anhum akan gugur sebagai syuhada karena pada sapi betina ada kebaikan yang banyak, demikian pula para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Mereka adalah orang-orang yang berilmu, memberi manfaat bagi para hamba dan memiliki amal-amal shalih.
Kedua: Mimpi yang dilihat seseorang dalam tidurnya sebagai cermin dari keinginannya atau dari apa yang terjadi pada dirinya dalam hidupnya. Karena kebanyakan manusia mengimpikan dalam tidurnya apa yang menjadi bisikan hatinya atau apa yang memenuhi pikirannya ketika masih terjaga (belum tidur) dan apa yang berlangsung pada dirinya saat terjaga (tidak tidur). Mimpi yang seperti ini tidak ada hukumnya.
Ketiga: Gangguan dari setan yang bermaksud menakut-nakuti seorang manusia, karena setan dapat menggambarkan dalam tidur seseorang perkara yang menakutkannya, baik berkaitan dengan dirinya, harta, keluarga, atau masyarakatnya. Hal ini dikarenakan setan memang gemar membuat sedih kaum mukminin sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, dengan tujuan agar orang-orang beriman itu bersedih hati, padahal pembicaraan itu tidaklah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka kecuali dengan izin Allah” (Q.S Al-Mujadilah: 10)
Setiap perkara yang dapat menyusahkan seseorang dalam hidupnya dan mengacaukan kebahagiaan hidupnya merupakan target yang dituju oleh setan. Ia sangat bersemangat untuk mewujudkannya, baik orang yang hendak diganggunya itu tengah terjaga atau sedang larut dalam mimpinya. Karena memang setan merupakan musuh sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا “Sesungguhnya setan itu merupakan musuh bagi kalian maka jadikanlah ia sebagai musuh.” (Fathir: 6)

Precognitive Dream (Part 16)

Tidak ada ilmu pengetahuan (science) yang dapat menjelaskan kenapa mimpi seseorang bisa benar-benar terjadi di kehidupan nyata, apalagi di masa depan. Sementara Islam telah menjabarkan bahwa mimpi memiliki kedudukan tersendiri dalam Islam. Mimpi merupakan salah satu ciri kenabian tapi bukan berarti semua orang yang mimpinya benar-benar terjadi di kehidupan nyata itu Nabi karena itu hanya salah satu dari 46 ciri kenabian. Mimpi yang benar-benar terjadi di masa depan, bisa juga dialami oleh orang Muslim yang paling jujur dalam berbicara, seperti yang dijelaskan pada hadits berikut:
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi SAW bersabda: Ketika kiamat telah mendekat, mimpi seorang muslim hampir tidak ada dustanya. Mimpi salah seorang di antara kalian yang paling mendekati kebenaran adalah mimpi orang yang paling jujur dalam berbicara. Mimpi orang muslim adalah termasuk satu dari empat puluh enam bagian kenabian. Mimpi itu dibagi menjadi tiga kelompok: Mimpi yang baik, yaitu kabar gembira yang datang dari Allah. Mimpi yang menyedihkan, yaitu mimpi yang datang dari setan. Dan mimpi yang datang dari bisikan diri sendiri. Jika salah seorang di antara kalian bermimpi yang tidak menyenangkan, maka hendaknya dia bangun dari tidur lalu mengerjakan shalat dan hendaknya jangan dia ceritakan mimpi tersebut kepada orang lain. Beliau berkata: Aku gembira bila mimpi terikat dengan tali dan tidak suka bila mimpi dengan leher terbelenggu. Tali adalah lambang keteguhan dalam beragama. Abu Hurairah berkata: Aku tidak tahu apakah ia termasuk hadis atau ucapan Ibnu Sirin. (Shahih Muslim No.4200)

Banyak ilmuwan berpendapat bahwa di dalam diri manusia terdapat kekuatan yang luar biasa yang belum diketahui seluruhnya. Dengan kekuatan tersebut, orang dapat menemukan hal-hal yang tidak di ketahui sebelumnya. Oleh karena itu, pengingkaran mimpi secara totalitas dan menganggapnya sebagai bunga tidur, sebenarnya merupakan sikap yang sangat ceroboh dan tergesa-gesa. Karena, pengingkaran yang tidak berdasarkan atas dalil adalah pengingkaran terhadap sesuatu yang bersifat supranatural, yang tidak dapat ditangkap panca indera manusia. Mereka hanyalah percaya pada tumpukan materi yang tebal dan tidak percaya pada apa yang Allah berikan kepada manusia, yaitu kemampuan untuk dapat menembus batas waktu dan ruang, serta kemampuan untuk dapat melihat sebagian dari apa yang ada dibalik alam gaib serta dari hal-hal yang disembunyikan dari alam tersebut.

Kamis, 05 Januari 2017

Precognitive Dream (Part 15)

Sebenernya, mimpi yang gw alami itu belum tentu terjadi. Ada yang memang benar-benar terjadi di kehidupan nyata ada juga yang hanya jadi bunga tidur saja. Hanya Allah yang berkuasa untuk menjadikan mimpi gw nyata. Tapi biasanya, mimpi gw yang benar-benar terjadi di kehidupan nyata itu memiliki satu kesamaan. Mimpi-mimpi tersebut bisa gw inget jelas saat gw bangun tidur yang kemudian membuat gw bertanya, “apa maksud dari mimpi ini?”. Sebenernya, mimpi yang bisa benar-benar terjadi itu tidak hanya dialami oleh gw saja. Banyak juga orang yang mengalami hal yang sama seperti gw. Gw sering search di google terkait hal ini. Jadi pemirsah, sebenernya, dalam Islam, hal seperti ini juga dibahas.
Mimpi dalam Islam mempunyai kedudukan tersendiri.  Gw mengutip dari beberapa sumber, yang pertama dari Eramuslim.com. Isinya kira-kira begindang... eh begini...
Dalam psikologi modern, ada beberapa psikolog yang cukup fokus untuk mengkaji mimpi, salah satunya Sigmund Freud. Menurut Sigmund Freud, stimulus dan sumber dari kemunculan mimpi ada 4, yaitu: External sensory stimuli, internal (subjective) sensory excitations, internal organic somatic stimuli, dan psychical source of stimulation.
Jika disederhanakan, stimulus dan sumber tersebut bisa muncul dari dalam diri individu seperti dorongan tertentu, harapan dan keinginan-keinginan atau yang bersifat eksternal yang biasanya berasal dari pengalaman objektif atau bisa juga karena rangsangan organ badan maupun kondisi fisik. Namun demikian, tak dapat dipungkiri manusia bahwa mimpi adalah sebuah fenomena yang terkadang merupakan sebuah penjelasan akan terjadinya suatu hal di masa mendatang (futuristik). Hal ini jauh dari tangkapan logika manusia yang kemudian dianalisa oleh berbagai pakar, khususnya ulama atau para pengkaji mimpi dengan basis agama.
Mengapa demikian? Pertama, mimpi yang bersifat ghaib masih intens sebelum kiamat terjadi. Kedua, hal ini merupakan sebuah masalah karena ruang ini belum bisa difasilitasi oleh studi psikologi modern seperti psikodinamika atau behaviorisme. Hal-hal yang berbau ghaib, sulit diendus indera, jauh dari bayangan logika, pada hakikatnya akan dijauhkan dari psikologi. Ini tak lain karena hal yang berbau ghaib memang tidak dapat dicerna oleh panca indera manusia yang menjadi pegangan ilmu modern. Alhasil, jarang para psikolog modern berkutat dalam arus yang menantang ini, menjabarkan, menganalisa, hingga sampai terkonversi menjadi hipotesa pasti. Pada akhirnya, hal yang vital ini terbuang begitu saja atau paling tidak, dipendam di dalam alam bawah sadar manusia tanpa kita pernah memikirkannya. “Halaaah... cuma mimpi ini”. Mungkin begitulah sebagian kita bergumam.
Pertanyaannya, betulkah hal-hal seperti itu tak perlu dijelaskan? Atau... apakah kalau mau disebut ilmiah, hal ini sebagai cerita yang tidak bisa dikaitkan dengan nalar?. Tapi... bukankah ilmu diturunkan untuk menjawab persoalan apapun?. Lantas, apakah hal semacam ini bisa dijadikan studi, kajian ilmiah, bahkan objek penelitian?. Mungkin diantara anda yang terbiasa berfikir secara rasional atau mengandalkan akal saja akan bersikap negatif. Tapi bagaimana dengan Islam? Ini yang menarik untuk dibahas karena Islam telah memberikan jawaban atas kejadian ini, beberapa ratus tahun yang lalu.
Menurut ulama-ulama Islam kontemporer, Al-Qur’an menyebut mimpi dalam dua tema, yaitu ru’ya dan adghatsu ahlam (mimpi yang sulit ditakwil). Terkadang ru’ya merupakan mimpi yang bisa menyingkap misteri alam ghaib atau kejadian yang bersifat futuristik (terkait masa depan). Ru’ya juga muncul dalam manifestasi berupa perintah yang harus diemban oleh orang yang bermimpi tersebut. Sedangkan adghatsu ahlam merupakan mimpi yang sulit ditafsirkan.

Dalam hadits Abu Hurairah yang dihimpun oleh Muslim disebutkan pula tiga jenis ru’ya, yaitu: (1) mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, (2) mimpi yang menyusahkan yang datang dari syaithan dan (3) mimpi yang disebabkan oleh pikiran manusia atau bersumber dari keinginannya. Ru’ya yang ketiga masih dianggap standar karena merupakan hasil dari alam bawah sadar manusia itu sendiri dan jarang dikaji ulama karena bersifat keduniawian semata. 

Precognitive Dream (Part 14)

Seperti yang sudah gw ceritakan di ‘The Kecret Love Story”, gw pernah mimpi dibantuin bawa nampan sama Mr.J. Di mimpi tersebut, gw bawa nampan ke tempat cuci piring dan dia jalan di belakang gw sambil bawa piring atau gelas kotor juga. Di kehidupan nyata, saat gw mau naro nampan di tempat cuci piring, Mr.J yang saat itu lagi di ruang makan mengulurkan tangannya untuk naro nampan tersebut di tempat cuci piring.  Memang agak beda, tapi mirip. Tapi... ada satu hal yang aneh dari mimpi itu.
Jadi begini, di mimpi tersebut, saat gw dan Mr.J bawa nampan, kita naro piring atau gelas tersebut di tempat cuci piring. Tempat cuci piring yang gw lihat di mimpi itu bukan kayak wastafel, tapi tempat cuci piring di bawah. Di deket tempat cuci piring itu ada pintu yang terbuka, cahayanya silau dan gw ga tau itu ruangan atau pintu keluar. Di kemudian hari, saat gw pulang, rumah gw baru saja direnovasi. Gw kaget pas ngeliat dapur yang sudah berubah.
Sebagian ruang dapur diubah jadi kamar untuk adek gw, si Yahya. Pintu kamar tersebut tepat bersebelahan dengan tempat cuci piring. Karena letaknya di belakang dan jendelanya lagi terbuka, ruangan tersebut cukup terang. Saat pintunya terbuka di siang hari, ruangan itu jadi keliatan terang banget. Gw jadi teringat sesuatu. Tempat ini... mirip sama tempat yang gw liat di mimpi gw, padahal gw belum pernah ngeliat sebelumnya karena dapur tersebut direnovasi saat gw lagi ga ada di rumah. Entahlah...
Gw juga pernah mimpi ikut ngerayain ulang tahun di rumah murid gw tapi gw ga tau itu ulang tahun siapa. Gw cuma liat ada ibu SE bawa kue ulang tahun sambil senyum. Saat itu gelap dan cuma ada cahaya dari lilin ulang tahun. Beberapa bulan kemudian, saat ulang tahun si kembar Min – Jin, gw ikut ngerayain karena lagi jadwal ngajar. Saat lilin kue ulang tahun dinyalakan, lampu ruang makan dimatiin, jadi suasananya gelap dan cuma ada cahaya dari lilin. It’s sooo... unbelievable.
Ini juga sudah gw ceritakan di “The Kecret Love Story”. Saat gw lagi deket dan mau menuju ke hubungan yang serius dengan seseorang, si FZ, gw sering shalat tahajjud. Gw memohon supaya kalau FZ memang jodoh gw, jalannya dilancarkan, dan kalau bukan, gw berharap gw bisa ikhlas dan kuat menerima kenyataan. Dan setelah beberapa kali tahajjud, gw dua kali bermimpi. Yang pertama, gw mimpi lagi di sebuah tempat, mirip mall gitu. Gw lagi jalan dan melihat dia. Jarak kita deket, tapi dia lewat begitu saja tanpa melihat gw. Gw berharap dia melihat dan menyapa gw, tapi enggak. Setelah itu, sekitar satu atau dua minggu kemudian, gw kembali bermimpi.  Di mimpi tersebut, dia mendatangi gw dengan muka yang serem sehingga membuat gw takut. Dan ternyata, ga lama kemudian, gw mengetahui fakta bahwa dia punya pacar baru dan meninggalkan gw karena suatu alasan.

Precognitive Dream (Part 13)

Berkali-kali mimpi gw benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Meski demikian, gw ga ingin membuat kesimpulan apapun karena gw ga tau apakah mimpi gw itu bener atau enggak sampai hal tersebut benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Setiap kali gw memimpikan sesuatu yang begitu jelas, gw hanya mengatakan pada diri sendiri bahwa itu hanya mimpi, hanya bunga tidur, ga ada makna apapun. Tapi kemudian, mimpi-mimpi gw terus-menerus terjadi di kehidupan nyata. Then, those dreams are not only dreams. Those dreams are... signs... of... future.
 Gw mimpi dateng ke klinik UIN. Di mimpi itu, gw ketemu sama orang-orang disana. Sepertinya sih gw kerja di sana. Beberapa orang yang gw temui di mimpi itu, gw kenal, karena teh Endah sering nyeritain mereka. Teh Endah ini temen sekosan gw yang kerja di klinik UIN. Oke, gw ga ada pikiran apapun terkait mimpi itu. Gw udah ga mau mikirin mimpi-mimpi gw yang di kemudian hari benar-benar terjadi. Tapi, pada suatu hari, perut gw terasa sakit. Gw kira itu sakit perut biasa.
Lama kelamaan, gw tungguin kok sakitnya ga ilang-ilang ya?. Sakitnya itu makin menjadi-jadi di satu titik, ga kayak sakit perut biasanya. Gw takut gw sakit usus buntu karena sebelumnya, teh Endah abis operasi usus buntu. Tempat nyerinya hampir sama dengan tempat nyeri perut gw. Semaleman gw ga bisa tidur karena nahan sakit. Karena ga ilang-ilang sampe pagi, teh Endah nyaranin gw buat ikut dia ke klinik, sekalian dia berangkat kerja. Sesampainya disana, gw kembali teringat mimpi gw. Ternyata mimpi itu bener. Gw di kemudian hari bakalan ke tempat ini. Tapi... di mimpi itu sepertinya gw kerja di sana. Entahlah.

Beberapa minggu kemudian, teh Endah nawarin gw buat ikut jadi enumerator penelitian dosen. Beliau dosen kedokteran yang lagi nyelesein penelitian untuk disertasinya. Gw tanya ke teh Endah tempat penelitiannya dimana. Tahukah? dia bilang kalo penelitiannya itu di klinik UIN. Whaaaatt??? gw kembali teringat mimpi itu. Berarti bener, gw akan kerja di sana, ketemu orang-orang disana dan kerja bareng mereka. Dan tibalah hari itu, hari dimana gw diundang untuk rapat terkait penelitian dosen tersebut. Saat rapat berlangsung, gw kepikiran lagi sama mimpi gw yang seakan memberitahu gw bahwa di masa depan gw akan bekerja disana.

Precognitive Dream (Part 12)

Seperti yang sudah diceritakan di "Precognitive Dream Part 11", orang tua gw akhirnya menjodohkan kak PR dengan adek gw. Di kemudian hari, ada suatu persoalan terkait adek gw dan kak PR. Awalnya, adek gw setuju untuk dikenalkan dengan kak PR. Dikenalkan disini maksudnya bukan untuk main-main yah, tapi untuk serius menikah. Di keluarga gw, pacaran itu ga dibolehin. Kalo mau pacaran ya nikah dulu. Nah, berhubung adek gw udah siap untuk menikah, dan dia juga lebih memilih untuk dicarikan calon suami oleh orang tua, ummi abi ngerasa kalo perjodohan ini bakalan berjalan lancar.
Naamuuun... pada suatu hari, adek gw nelfon ummi dan nangis-nangis. Dia tiba-tiba ga mau dijodohin sama kak PR. Gw jadi bingung sendiri. Ada satu alasan yang membuat dia enggan untuk dijodohkan dengan kak PR. Dia ngomel-ngomel ke ummi karena ga berani ngomong langsung sama abi. Gw ga berani mengomentari keputusan adek gw karena itu hak dia. Ummi, tante, dan nenek gw bingung mesti gimana. Ummi gw bilang, mungkin Maryam bersikap seperti itu karena emosi dia lagi ga stabil. Saat itu, adek gw memang lagi menstruasi. You know laah... yang namanya perempuan, kalo lagi menstruasi itu suka ga stabil emosinya. Ada apa-apa dikit sensitif bawaannya.
Kemudian, gw kepikiran lagi sama mimpi gw yang mengatakan bahwa kak PR bakalan nikah sama Maryam. Gw hanyalah manusia biasa, mimpi gw bisa jadi benar, bisa jadi juga salah. Tapi entah kenapa, gw yakin banget kalo mimpi itu bener. Gw pun ngobrol sama Maryam lewat whatsapp. Gw ga berhak menggurui dia dalam masalah ini. Gw hanya memberi saran sama dia buat ketemu dulu sama orangnya, siapa tau ada kecocokan. Kalaupun setelah ketemu masih ga cocok, yaudah, itu terserah dia. Biasanya, kalo udah ketemu langsung itu beda rasanya. Harusnya nasehat ini buat diri gw sendiri yah (*hahahaa).
Oh iya, Alhamdulillah adek gw dapet kesempatan untuk naik haji gratis tahun ini. Kebetulan, orang tua kak PR juga naik haji tahun ini. Orang tua kak PR pengen ketemu sama adek gw di Mekkah. Dan... kebetulan jugaa... kak PR lagi menyelesaikan kuliah S2 nya di Arab. Gw rasa, dari semua kebetulan tersebut, adek gw dan kak PR memang jodoh. Entahlah... semuanya gw serahkan sama adek gw. Gw hanya punya hak untuk memberikan saran, bukan memaksa dia untuk menerima kak PR. Singkat cerita, selepas naik haji, adek gw ketemu sama kak PR, ditemani sama temen gw dan suaminya yang tinggal di Mekkah. Setelah pertemuan tersebut, adek gw setuju untuk melanjutkan proses perkenalan tersebut ke tahap yang lebih serius. Gw tau hal tersebut dari ummi.

Kemudian, di bulan November 2016 lalu, orang tuanya kak PR dateng ke rumah buat lamaran. Gw bener-bener ga tau harus ngomong apa. Gw bilang ke ummi, “ummi... kok bisa yah mimpi aku itu beneran kejadian?”. Ummi gw juga bingung. Gw masih bisa bersikap biasa saat mimpi gw yang beneran kejadian itu adalah hal-hal biasa. Hal-hal yang probabilitasnya memang besar untuk terjadi di kehidupan nyata. Taapiii... ini menyangkut masa depan orang, jodoh orang yang siapapun ga ada yang tau, kecuali Allah. Akhirnya, adek gw jadi menikah dengan kak PR.