Senin, 21 November 2016

The 'Kecret' Love Story (Part 226)

Saat itu sudah dini hari dan gw masih juga belum bisa tidur padahal kemaren sorenya gw kecapean karena abis renang. Gw rasanya pengeeen banget nangis supaya bisa meluapkan rasa sedih dan kecewa tapi entah kenapa ga bisa. Mungkin karena terlalu sakit. “Hey mata... bisakah kau terpejam saja?. Jika tidak, bisakah kau menangis?. Kumohon, lakukan salah satu diantara keduanya.” Iya, kalaupun ga bisa tidur, setidaknya gw bisa nangis supaya ga terlalu nyesek, tapi dua-duanya ga bisa. Gw cuma menatap langit-langit kamar dengan tatapan hampa.
Tiba-tiba, sekitar jam 3 pagi, ada alarm bunyi. Entah alarm siapa. Dan... lagu alarm nya itu adalah... lagunya Bunga Citra lestari. Liriknya begini, “Banyak cinta yang datang mendekat, ku menolak. Semua itu karena ku cinta kau. Kulakukan yang terbaik yang bisa kulakukan. Tuhan yang tau ku cinta kau...”. Gw tiba-tiba langsung ngerasa tertohok. Kenapa lagunya lagi-lagi kayak menyindir gw siiiih?. Gw memang menolak buat dikenalin sama kenalan guru ngaji gw karena gw suka sama FZ. Gw juga udah mulai bisa melupakan Mr. J karena FZ. Tapi... pada akhirnya... hanya kekecewaan yang gw dapet.
Sekitar jam setengah 4 pagi, ummi bangun buat shalat tahajjud. Gw juga tahajjud malem itu. Seperti yang gw bilang, gw ga tau mau berdo’a apa. Gw hanya memohon ampun. Mungkin ini semua terjadi karena banyaknya dosa gw. Selesai shalat, gw nunggu shubuh. Gw bener-bener ga bisa tidur malem itu. Bahkan sampe shubuh pun ga ngantuk. Akhirnya, sekitar jam 6 pagi, gw bisa tidur. Itupun cuma 2,5 jam. Gw kembali bangun dengan perasaan hampa. Ga cuma itu. Sejak kemaren malam, setelah insiden ask.fm itu, gw belum makan padahal habis renang kan pasti laper banget ya. Sejak kemarin malam sampe besok sorenya, gw ga makan apapun sama sekali.
Gw akhirnya makan pas sore. Bukan karena ingin, tapi karena gw ga mungkin membiarkan perut gw kosong. Gw bener-bener kehilangan nafsu makan dan makan karena logika gw yang menyuruhnya. Itupun cuma beberapa suap dan gw udah ga mampu lagi buat makan. Entah karena mual atau apa. Sampe beberapa hari setelah itu, mungkin hampir seminggu, gw kehilangan nafsu makan dan hanya makan beberapa suap karena harus, seperti makan segan sakit tak mau.
Meski gw berusaha buat meyakinkan diri kalo cewek itu bukan pacarnya si FZ, tapi hati kecil gw mengatakan bahwa itu memanglah pacarnya. Gw sesekali baca chat mereka di ask.fm meski harus terlebih dahulu mengumpulkan kekuatan buat membacanya. Setelah beberapa kali baca, gw yakin kalo itu bukanlah adiknya. Gw memutuskan untuk tidak mengatakan apapun ke si FZ. Gw memutuskan untuk diam dan pura-pura ga tau sampai tiba waktu yang tepat buat ngomong semuanya. Gw bakalan mengungkapkan semuanya... di hari ulang tahunnya. Hari yang gw kira bakalan jadi hari yang baik buat gw dan dia tapi... malah sebaliknya.
Keesokan harinya, gw mengirim pesan ke dia. Karena bayaran survey belum dibayar, gw tanya ke dia nomor rekeningnya berapa. Sebenernya, gw juga ga tau kapan bayarannya dikasih. Gw cuma jaga-jaga aja kalau misalkan nanti diantara kita ada masalah, bayaran survey buat dia masih bisa dikasih. Gw takut nanti dia ga mau nerima bayaran itu karena dia pernah bilang ke gw kalo bayaran dia sebagai enumerator mau dia kasih buat gw atau mau disedekahkan dan dia minta gw yang menyalurkan uang tersebut. Bagi gw, uang dia adalah uang dia karena dia yang bekerja. Kalaupun dia mau sedekah, yang penting uangnya sampe ke dia dulu.
Persoalan tentang ask.fm ini ga gw ceritakan ke siapapun kecuali ke teh Endah, orang yang bener-bener tau tentang gw dan FZ. Gw ga tau harus curhat ke siapa. Gw juga ga menceritakan hal ini ke orangtua gw. Waktu gw kasih tau tentang hal tersebut, teh Endah bilang kalo sepertinya FZ sudah nge fans sama SN sejak lama, tapi dia ga pernah bilang, dan baru bilang saat itu. Entahlah...

Hari itu, abi juga nanya ke gw tentang FZ. Beliau bilang, beliau pengen tau dulu gimana orangnya. Beliau bakalan cari tahu tentang FZ. Gw saat itu juga panik. Gw takut abi search namanya di google dan menemukan ask.fm nya dan percakapan tersebut. Karena saat itu gw lagi di rumah nenek dan abi lagi di Kuningan, gw mesti buru-buru sms abi, bilang kalo gw ga jadi menerima FZ. Sayangnya, dua HP gw gw lagi rusak, jadi ga bisa dipake buat nelfon ataupun sms. Keadaan yang sangat sulit. Gw ga mau abi sampe tau kejadian ini. Cukup gw aja yang tau. Akhirnya, gw meminjam HP ummi dan sms abi. Perasaan gw campur aduk banget saat itu. Hancur sih lebih tepatnya.

The 'Kecret' Love Story (Part 225)

Selama ini, selama gw minta diberi petunjuk, gw ga pernah bermimpi yang baik tentang FZ. Bukan FZ ga baik. Maksudnya, ga pernah ada di mimpi gw bahwa dia itu nantinya bakalan sama gw. Yang muncul di mimpi gw justru orang lain. And you know who? It is Mr. J. Entah kenapa, gw sering mimpi keluarga gw ada di rumah itu. Pernah gw mimpi adek gw, si Maryam, nanya ke gw siapa bapak-bapak yang ada di rumah itu dan gw jawab kalo itu pak HS, ayahnya anak-anak. Pernah juga gw mimpi abi sama ummi gw dateng ke rumah itu. Dan... masih banyak lagi. Kadang gw berfikir maksud dari mimpi itu apa, tapi kemudian, gw berusaha meyakinkan diri bahwa itu hanyalah mimpi biasa.
Kasus ini hampir mirip dengan kasus si Z. Tahun lalu, saat Iedul Adha, gw dikejutkan oleh fakta bahwa si Z masih punya pacar. Gw tau dari instagramnya, dikasih tau sama temen gw. Dan tahun ini.... disaat yang hampir sama, masih dalam suasana lebaran Iedul Fitri, gw kembali menghadapi hal yang sama. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia buat semua umat Islam. Tapi... hari ini... gw mengetahui fakta bahwa FZ punya pacar, dari sosial media juga. Bedanya, ini ask.fm. Aaaaaah.... kenapa ini harus terjadi lagi sama gueeee?. Kenapaaaa?. Apa salah gueeee?. Gw cuma bisa teriak dalam hati.
Malam itu, meski capek abis renang, gw ga bisa tidur. Gw cuma diem dan ga tau mau ngapain. Gw pengeen banget nangis, setidaknya buat meluapkan rasa kecewa dan sedih supaya lebih plong, tapi ga bisa. Gw juga ga mungkin ceritain ini ke keluarga gw. Waktu kasusnya si Z, gw udah pernah cerita ke ummi. Gw cerita kalo ternyata dia punya pacar. Kali ini... gw ga mungkin cerita lagi ke orang tua gw. Selain itu, posisinya kan gw lagi liburan di rumah nenek gw yah, jadi gw ga bisa curhat ke temen gw. Gw belum sanggup nyeritainnya. Akhirnya, gw cuma bisa meluapkan emosi di twitter.
“Pada akhirnya... aku harus mengucapkan selamat tinggal. Bukan karena aku ingin, tapi kau yang membuatnya seperti itu. Terimakasih pernah membuatku tersenyum, tertawa, dan bahagia meski hanya sebentar saja. Semoga kamu bahagia. Aku bisa terima kamu belum mapan, mungkin tidak lebih pintar dari aku, dan tidak memiliki banyak keahlian sepertiku, seperti yang kamu bilang. Aku juga bisa terima jika ilmu agamamu belum cukup untuk menjadi imamku, karen aku percaya kamu mau berusaha untuk itu.”
“Tapi ternyata aku salah. Kamu sama saja seperti yang dahulu-dahulu, meninggalkanku untuk orang lain yang menurutmu lebih ‘reachable’. Aku tidak pernah merasa cantik, sungguh. Oleh karenanya, aku tidak pernah mau kamu bilang cantik. Tapi jika kamu memang menganggapku cantik, silahkan saja, itu hakmu, Kamu bilang aku pintar meski aku merasa aku tidak begitu. Jika kamu jatuh hati padaku karena kecantikan dan kepintaran, bukankah tidak mungkin jika kamu akan meninggalkanku karena itu juga?. Karena... ada orang lain yang lebih cantik dan lebih pintar dariku.”
“Seperti yang dahulu-dahulu, kamu juga menganggapku jauh lebih baik darimu, dalam beberapa hal. Oleh karenanya, lebih baik untuk meninggalkanku. Meninggalkanku untuk... seseorang yang menurutmu lebih setara denganmu. Tapi tahukah? Aku tak peduli dengan kesetaraan itu. Kamu sama saja seperti yang dahulu, memberikan harapan dan kemudian pergi tanpa mau memperjuangkan. Tahukah kamu? Aku tak pernah merasa diriku hebat seperti yang kamu bilang. Karenanya... aku tak peduli apakah kamu tidak lebih pintar dariku, tidak lebih religius dariku, dan tidak memiliki kemampuan bermusik sepertiku.”
“Aku bisa menerima kekuranganmu, kecuali satu... ketidaksetiaan. Tahukah kamu? Aku sudah mempersiapkan kado untuk ulang tahunmu yang akan tiba sebentar lagi. Kado itu mungkin tidak mahal, bahkan tidak berharga. Hanya sepucuk surat berisikan ucapan selamat ulang tahun dan sebuah permainan piano. Maaf, aku tidak bisa memainkan sebuah lagu ulang tahun untukmu karena aku tak bisa menemukan partiturnya. Sudah berusaha kucari tapi tak kutemukan. Aku hanya memilih lagu terbaik yang pernah kumainkan, maaf. Sudah kupersiapkan kado untuk ulang tahunmu. Mungkin itu akan menjadi kado ulang tahun pertama dan terakhir dariku untukmu.”
“Aku memang pernah bilang bahwa aku akan ikhlas melepasmu jika kamu menemukan orang yang lebih cocok menurutmu, maka dari itu, aku melepasmu. Karena... saat ini kamu sudah menemukannya, seseorang yang menurutmu lebih cocok untukmu, lebih ‘reachable’. Apakah aku rela? Mungkin saat ini belum. Tapi aku sudah janji padamu kan? berjanji untuk mengikhlaskanmu jika kamu menemukan orang lain yang kamu suka. Maka dari itu... aku akan menepatinya. Aku juga sudah berjanji, bukan pada dirimu, tapi pada diriku sendiri, jikapun pada akhirnya harus ada yang tersakiti karena perpisahan, kuharap itu bukan kamu. Memang rasanya sakit, sakit sekali. Tapi ini tidak sesakit jika aku yang harus melukai hatimu.”
“Maaf, aku kira kamu berbeda dengan yang lain. Aku kira kamu mau memperjuangkanku meski itu tak mudah. Tapi kamu sama saja, benar-benar sama seperti yang dahulu, meninggalkanku untuk yang lain semudah itu. Kamu tak salah, hanya aku yang mungkin terlalu berharap untuk diperjuangkan. Mungkin aku terlalu ‘unreachable’. Tapi tahukah? Aku tak butuh kamu untuk bisa sehebat aku, jika kamu berpikir aku lebih hebat darimu. Aku hanya butuh orang yang mau memperjuangkanku, yang akan berusaha untuk membuatku bahagia dengan caranya sendiri.”
“Aku harap kamu bahagia dan aku harap... aku bisa segera mengikhlaskanmu. Memang berat, tapi aku tidak hanya sekali menghadapi hal semacam ini. Ah ya... kamu bilang kamu mau mencoba masakan yang aku buat kan?. Aku sudah merencanakannya, membuat sesuatu untukmu jika nanti kita bertemu. Aku memang tidak pintar memasak, mungkin hanya bisa. Tapi untukmu, aku akan berusaha membuat masakan yang paling enak yang aku bisa. Tapi itu tidak akan terjadi bukan? Itu hanya rencanaku saja. Maaf, aku tidak bisa menepati janjiku untuk memasak sesuatu untukmu. Karena mungkin, dia lebih pintar memasak. Iya, masakannya bisa saja lebih enak dari masakanku.”
“Aku memang lebih dewasa dari kamu, dari umur dan juga kematangan diri. Dulu, aku ragu, apakah aku bisa menerimamu yang tidak sekuat aku?. Kemudian aku sadar. Aku seharusnya tidak semudah itu meninggalkanmu karena kamu tak sedewasa aku. Seharusnya aku bisa menjadi orang yang mampu mendampingimu untuk melalui proses pendewasaan dan pematangan dirimu. Saat itu aku berfikir demikian. Tapi saat ini, aku sudah tahu, aku bukanlah orang yang tepat untuk mendampingimu karena itu akan menyulitkanmu.”
“Karena jika dengannya, kau tak harus segera mendewasa dan mematangkan diri saat ini karena kamu masih punya banyak waktu. Dia akan memberimu lebih banyak waktu untuk berproses, tidak seperti aku yang memang sudah tidak bisa dibilang muda lagi. Ya, dia bisa memberimu waktu satu, dua, atau tiga tahun lagi. Sedangkan aku? Aku hanya bisa memberimu waktu beberapa bulan saja. Dalam do’a-do’a sepertiga malamku yang kemarin-kemarin, aku berharap jika kamu memang untukku, semuanya dimudahkan. Dan di sepertiga malam terakhir ini... aku hanya bisa memohon ampun, selain itu... tidak ada lagi. Hanya itu.”

“Aku akan mencoba untuk hidup seperti semula, seperti saat aku belum bertemu denganmu. I’ll remember those times when I hadn’t met you.”

The 'Kecret' Love Story (Part 224)

Jum’at, 8 Juli 2016. Hari itu adalah dua hari setelah Iedul Fitri. Gw dan keluarga besar gw jalan-jalan ke waterboom buat berenang. Seneng bangetlah hari itu, soalnya gw udah lamaa banget ga renang. Sepulangnya dari waterboom, gw merebahkan diri di kamar karena capek. Gw buka-buka HP dan iseng-iseng kepoin ask.fm nya FZ, seperti biasa. Oh iya, jadi, sebenernya, sejak beberapa bulan lalu gw sering kepoin ask.fm nya, meski gw sendiri ga punya akun ask.fm. Awalnya, waktu gw baru mulai deket sama FZ, gw search namanya di google. Dan... gw menemukan akun ask.fm nya. Gw sering ketawa-ketawa sendiri, bahkan ketawa bareng temen-temen kosan gw tiap kali baca isi ask.fm nya, karena emang lucu banget. Gara-gara ini juga gw suka sama FZ, humoris dan bisa bikin orang lain ketawa.
Biasanya, gw selalu ketawa-ketawa sendiri kalo baca ask.fm nya. Tapi... kali ini beda. Kali ini, gw ga lagi dibuat ketawa dengan ask.fm nya. Kali ini... gw... dibuat... patah hati, lagi. Gw liat ask.fm nya, dan disitu ada percakapan antara dia dan seorang cewek. Cewek tersebut kita sebut saja SN. Isinya begini...
SN   : “Kenapa bisa yakin banget sama aku?”
FZ   : “Aku juga gatau hahahaa”
SN  : “Gajadi nanya deh. Itu apus aja bisa ga? Hoahm”
FZ   : “Kamu sopan, baik, cantik, sporty. Hahaha humoris jugaa”
SN   : “Luv”
FZ   : “Love u vorefer?”
SN   : “Haha spamming banget sii”
FZ    : “ciee ga dianon hahaha”
Iya, jadi yang namanya ask.fm itu kan aplikasi buat tanya jawab gitu ya. Siapapun bebas nanya apapun tanpa diketahui identitasnya karena pake nama anon (anonim). Awalnya, si cewek itu ga pake nama alias anonim, tapi kemudian ga dianon (namanya muncul). Dari situ gw pun kepo siapa cewek itu. Dengan hati berdarah-darah, gw bukalah ask.fm ceweknya. Sumpah, rasanya ga kuat banget bacanya.
FZ   : “Halo gue pemuja rahasia lo :D”
SN   : “Halo, secret admirer yang sekarang udah ga secret lagi. Terimakasih sudah berani menampakkan diri, ternyata ga jauh2 ya. Aku bingung mau bales apa, tapi selamat yaa udah ‘naik level’ sekarang. Ketauan deh pernah ngulik ask.fm ku wkwkwk.”
FZ   : “Naik level jadi apa sekarang?”
SN  : “Jadi ganteng hahahaha. Jadi, apaaa ya, jadi ga jomblo-jomblo banget aja yaa yaang? Haha
FZ   : “Sayang cantik banget sii hahahah”
SN   : “Cantikan kamu lah”
JLEEBBBB!!!. Rasanya kayak tiba-tiba ada petir tanpa hujan. Begitulah percakapan diantara mereka. Abis baca itu, rasanya... saakkiiiiiit banget. Gw pun berusaha buat menenangkan diri. Gw baca lagi percakapan itu. Ah, mungkin aja itu bukan pacarnya. Mungkin aja itu cuma adeknya, atau... adek sepupunya, atau... adek angkatnya... atau... adek kelasnya?. Rasanya gw pengen tereak sekenceng-kencengnya. Ga cuma itu, tiba-tiba gw denger ada lagu Isyana – Tetap dalam jiwa.
Lirik lagu tersebut begini. “Tak pernah terbayangkan akan jadi seperti ini pada akhirnya... semua waktu yang pernah kita lewati bersama nyata hilang dan sirna. Hitam putih kelabu janji kita menunggu tapi kita tak mampu. Seribu satu cara kita lewati tuk dapatkan semua jawaban ini. Bila memang harus berpisah, aku akan tetap setia. Bila memang ini ujungnya kau kan tetap ada di dalam jiwa. Tak bisa ku teruskan dunia kita berbeda. Bila memang ini ujungnya, kau kan tetap ada di dalam jiwa”.
Yaampuuun... ini siapa yang nyetel lagu beginiiii?. Kok rasanya kayak jadi soundtrack gw pada saat itu yaaa?. Bukannya menghibur malah bikin hati gw tambah remuk redam. Gw keluarlah dari kamar, dan tahukah???. Ternyata itu backsound PES Bola!. Apa-apaan banget yaaa backsound nya lagu itu? Ga ada yang laen apaaa??. Kalo soundtrack film sedih sih mending yaa, lah ini mah backsound PES Bola. Waktu itu sepupu-sepupu gw lagi pada maen PES bola, dan TV nya kebetulan tepat di depan kamar gw. Appeeees banget nasip gw.
Gw pun kembali ke kamar dengan gontai. “Ini apa-apaan??? Kenapa.... bahkan PES Bola pun seperti ingin membuat gw tambah nelangsaaa?”. Begitulah batin gw. Gw ga bisa nangis saat itu. Gw cuma bisa diem dengan pikiran dan hati yang hampa. Mungkin karena terlalu menyakitkan. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Sebenernya akhir-akhir itu gw ngerasa ada yang agak beda. FZ udah jarang menghubungi gw, sekedar menyapa atau mengucapkan selamat Iedul Fitri. Gw seperti punya feeling kalo ada sesuatu yang ga beres, tapi entah apa. Ternyata feeling gw bener.

The 'Kecret' Love Story (Part 223)

Kemudian, selama sekitar satu minggu, kita ga pernah ngobrol lagi. Gw merasa ada sesuatu yang hilang. Perasaan gw juga agak ga enak, entah karena apa. Dua kali gw bermimpi hal yang aneh. Pertama, di mimpi itu gw papasan sama dia. Gw ngeliatin dia tapi dia ga ngeliat gw dan pergi gitu aja. Bagi gw, itu hanyalah mimpi alias bunga tidur. Tapi, mimpi itu seperti sebuah pertanda ga baik. Gw sudah sering mengalami mimpi yang kemudian benar-benar terjadi di kehidupan nyata.
Hal ini membuat gw sedikit khawatir karena mimpi ini begitu jelas dan bisa gw inget saat bangun, dan salah satu dari ciri-ciri mimpi gw yang sering terjadi di kehidupan nyata adalah... bisa gw inget dengan jelas saat gw bangun, bahkan seterusnya. Beberapa hari kemudian, gw mimpi hal yang aneh lagi. Di mimpi itu, FZ menghampiri gw dengan muka yang serem yang bikin gw takut. Bangun-bangun, gw bingung maksudnya apa, mungkin cuma bunga tidur atau mungkin... memang pertanda?.
Rabu, 6 Juli 2016. Hari itu adalah hari Iedul Fitri. Bahkan, di hari besar seperti ini, FZ ga menghubungi gw, mengucapkan selamat lebaran atau apapun. Karena tidak ada percakapan selama berhari-hari, akhirnya gw memutuskan untuk mengirim pesan.
Gw  : “Adik, mohon maaf ya kalo kakak ada salah sama adik. Beneran”
FZ   : “Ga ada kak, beneran. Saya minta maaf juga ya”
Gw  : “Iya adik”

Percakapan pun berhenti sampai disitu saja. Aneh, ga biasanya. Biasanya, kita bakalan ngobrol panjang lebar, meski ga penting. Gw merasa ada yang ga beres. Kalo biasanya, mungkin dia bakalan bilang, “salam buat keluarga kakak ya”, atau, “kakak lebaran ini makan apa?”, atau pertanyaan lain yang kemudian berlanjut jadi obrolan panjang. Perasaan khawatir tersebut berusaha gw tepis. Mungkin ini hanya perasaan gw aja. 

The 'Kecret' Love Story (Part 222)

Beberapa hari kemudian, gw pulang kampung untuk merayakan lebaran di rumah nenek gw di Jawa Tengah. Gw update status tentang kepulangan tersebut di path. Malamnya, FZ ngirim message ke gw.
FZ   : “Hati-hati kak”
Gw  : “Iya, nanti aku bilangin ke supirnya biar hati-hati”
FZ   : “Good girl”
Gw  : “???”
FZ   : “Hahah”
Gw  : “Ga jadi ah ngomong ke supirnya, malu. Masa tiba-tiba bilang, ‘pak, kata temen saya bapak nyupirnya hati-hati ya. jangan ugal-ugalan, jangan sambil ngantuk”
FZ   : “Yaudah, kakak aja yang hati-hati”
Gw  : “Hahaha... iyaa”
FZ   : “Iya, bilang aja temen saya itu serem pak”
Gw  : “Perasaan ga serem”
FZ   : “Ada taringnya”
Gw   : “Ya iyalah ada taringnya... kalo ga ada ompong dong”
FZ   : “Ada brewoknya pak, tajem-tajem, berbisa”
Gw  : “Ada brewoknya pak, tapi lucu”
FZ   : “Serem lah kak, masa lucu”
Gw  : “Hahaha. Bagus ada brewoknya lah, lebih dewasa keliatannya. Tapi jangan terlalu tebel juga sih, tipis-tipis aja. Hahaha”
FZ   : “Mana ada kak brewokan lucu. Menurunkan derajat orang brewok itu mah. Hahah”
Gw   : “Bukan brewoknya yang lucu, tapi orangnya... please deh. Harusnya serem gitu yaa”
FZ   : “Oh berarti saya harus berhenti ngelucu, biar serem. Masa brewok cengengesan?”

Gw  : “Hadeeeeh...”
Sepanjang perjalanan yang cukup jauh tersebut, gw ketawa baca chat dari FZ.

The 'Kecret' Love Story (Part 221)

Kemudian, tanpa disangka, dia ngomong ke orang tuanya. Intinya, orang tuanya ga setuju kalo secepat itu. Gw juga ga mengharuskan dia untuk melamar secepatnya, karena orang tua gw maunya calon suami gw itu yang sudah bekerja. Gw bilang ke dia, ga usah terlalu dipikirin, mendingan serius kerja aja dulu.
Gw  : “Eh, aku jadi penasaran, kenapa kamu bisa suka sama aku?”
FZ   : “Kakak kan pinter, religius, bisa masak, bisa mendidik”
Gw  : “Awalnya masud aku”
FZ   : “Awalnya karena tau kakak pinter, terus berani mengejar passion kakak. Wkwkwk”
Setelah itu, kita masih ngobrol panjang lebar. Dia masih aja ngerasa minder sama gw dan gw terus berusaha membuat dia yakin kalo semuana bisa diatasi. Gw ga mengharuskan dia menjadi orang yang sempurna. Gw hanya menginginkan dia untuk berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik, itu aja. Tapi karena dia terus menerus merasa dirinya bukan orang yang baik buat gw, gw pun menyerah.
Gw  : “Kalo gitu ya kita tetep berteman aja ya, baik-baik aja”
FZ   : “Oh iya kak, berteman baik mah bisa. Ga ada syarat-syarat tertentu kan? Bebas, hahah”
Gw  : “Ga ada, adiiik. Hahaha”
FZ   : “Lega saya kak”
Gw  : “Hahaha. Ya misal nanti kamu suka sama orang lain, ga apa-apa. Ntar kalo aku sama orang lain juga ga apa-apa ya”
FZ   : “Oh, oke kak. Saya sambil memperbaiki diri, siapa tau nanti masuk standarnya orangtua kakak”
Gw  : “Iya, gitu aja. Saling mengikhlaskan biar hati tenang”
FZ   : “Iya, hahaha. Kakak udah ikhlas nih?”
Gw  : “Iya, kalo nanti misalnya kamu ketemu orang lain terus cocok, ya ga apa-apa. Kalo ga jodoh ya jangan dipaksain kan. Hahaha, sok bijak banget ya”
FZ   : “Tapi kakak udah lengkap menurut saya. Susah cari yang kayak kakak”
Gw  : “Banyak kali kayak ikan teriii. Hahaha”
FZ   : “Jaminan anak-anak cerdas dan shaleh-shalehah”
Gw  : “Iya, tenang aja, yang kayak aku, bahkan yang lebih baik dari aku banyak kok”
FZ   : “Tapi kakak bisa main musik”
Gw  : “Yang bisa main musik juga banyak kok adiik. Hehehe”
Sebenernya, berusaha untuk mengikhlaskan itu bukan hal yang mudah buat gw. Bagi gw, mengikhlaskan adalah memperjuangkan terlebih dahulu dengan sungguh-sungguh sampai benar-benar tidak ada jalan lagi. Setelah itu, kalo memang udah ga bisa diteruskan, mungkin karena orang tua ga setuju atau gimana, baru menyerah dan mengikhlaskan. Tapi... gw udah belajar dari kasus Z bahwa, meski sebesar apapun rasa suka kita sama seseorang, kalo ga jodoh ya ga akan bisa bersama. Gw masih ada rasa khawatir kalo nantinya, kasus seperti Z akan terulang. Ga ada yang tau.

Rasa ragu dan trauma akan kejadian masa lalu kadang membuat gw ga yakin sama FZ. Kadang, entah kenapa hati kecil gw bilang kalo dia bukan jodoh gw. Gw pun menepis perasaan itu dan berusaha meyakinkan diri bahwa semuanya bisa diusahakan dan dicari solusinya. Bisa aja, rasa ragu itu berasal dari syaithan yang ingin menghalangi manusia untuk beribadah, termasuk menikah. Rasa ragu tersebut kemudian hilang saat FZ kembali meyakinkan gw.

The 'Kecret' Love Story (Part 220)

Gw pun menceritakan ke dia tentang tawaran dari guru ngaji gw. Jadi, guru ngaji atau sebutan lainnya murobbiyah gw itu nanya ke gw, apakah gw udah siap untuk menikah atau belum. Beliau bilang, ada seseorang yang lagi mencari calon istri.
FZ   : “Terus kak? Seneng dong?”
Gw  : “Ya aku bilang aku pikirin dulu, adik. Tadinya aku mau nanya kamu serius apa enggak, eh kamu udah ngomong duluan. Hahaha”
FZ   : “Maksudnya gimana kak? Orangnya kakak suka?”
Gw  : “Maksudnya, tadinya aku mau nanya dulu kamu serius apa cuma bercanda doang selama ini. Kalo kamu serius, aku bisa batalin. Orangnya sih aku belom kenal yah, baru mau dikenalin tapi belum.”
Setelah gw ceritakan hal tersebut, dia menyuruh gw untuk kenalan dulu, siapa tau orang tersebut lebih baik dari dia dan lebih siap. Kemudian  dia ngerasa minder saat gw bilang kalo orang yang mau dikenalin ke gw itu lulusan STAN, salah satu perguruan tinggi yang cukup terkenal dan sulit untuk masuk ke sana, hanya orang-orang super pinter aja yang bisa. Ya, gw maklum lah dengan perasaan minder FZ. FZ juga menyarankan gw untuk mengenal terlebih dulu orang tersebut, mungkin cocok sama gw.
Gw   : “ Serius nih? Jangan nangis tapi ya”
FZ   : “Kalo emang lebih baik, ya saya lega lah kak. Nggak nangis lah”
Gw  : “Iyaah... masa laki-laki nangis yah. Cewek kali yang nangis. Hahaha”
FZ   : “Saya seneng lah kak. Sedihnya saya sembunyiin dalam-dalam”
Gw  : “Jangan sedih...”
FZ   : “Silahkan lanjutin kak”
Gw  : “Tuh kaan... padahal yah, kalo kamu serius, aku bakalan lebih milih kamu loh”
FZ   : “Kenapa kakak lebih pilih saya? Saya ini bener-bener 0 kak”
Gw  : “Ga tau deh, FZ. Bener-bener 0? Maksudnya?”
FZ   : “Iya, ga ada modal kak, rumah dan lain-lain belum ada”
Obrolan pun berlanjut. Dia merasa masih belum punya apa-apa. Ya namanya juga baru lulus kuliah kan. Gw pun maklum dan terus berusaha untuk menyemangati dia. Sebenernya, gw sih ga begitu terburu-buru. Gw bakalan dia nungguin dia. Tapi berhubung dia yang bilang mau serius duluan, gw jadi serius juga. Gw pun menyarankan dia untuk rajin shalat dhuha, shalat tahajjud, sama shalat sunnah sebelum shubuh supaya rezeki lancar.
FZ   : “Sekarang umur kakak udah 24 koma berapa kak?”
Gw  : “Hahahaa. Berapa yah? Ngitung dulu. Emang kenapa?”
FZ   : “Kan mau ngitung kapan nikahnya”
Saat dia bilang begitu, gw jadi deg-deg an. Yaampun... ini anak beneran serius?. Gw kira butuh waktu lebih lama. Karena dia ngomong begitu, gw jadi semakin yakin kalo dia memang serius.
Gw  : “24 tahun lebih sebulan. Hahahaa, bahkan”
FZ   : “Hahah... masih lima bulan lagi”

Gw  : “Itu batas akhir nikahnya loh, lamarannya ya sebelumnya lah. Hayoloooh. Ahahaaa. Ya enggaklah... emangnya deadline skirpsi?”

The 'Kecret' Love Story (Part 219)

Awalnya, gw berusaha untuk biasa aja, sampe akhirnya, kalimat tersebut muncul, “Nikah yu kak”. It means,”Let’s get married”. Pagi itu, gw ga tau mesti gimana. Setelah bisa mengendalikan hati dan logika, gw pun membalas pesan tersebut.
Gw  : “Wuidiiih. Seriusan apa bercanda nih?”
FZ  : “Ajarin anak-anak kak biar kayak ibunya. Serius. Emang kakak mau sama pengangguran?. Hahaha”
Gw  : “Berani aja dulu kali ke rumah. Berani gaak? Hahaha. Kerjaan mah bisa dicari”
FZ   : “Berani. Paling ditolak. Hahaha”
Gw  : “Hahahaa.. udah pesimis duluan dia mah”
FZ   : “Iya, ga punya modal juga kak. Saya mah apa, anak bawang”
Gw  : “Anak bawang? Maksudnya? Jadi... kamu... bukan... orang? *icon shocked
FZ   : “Iya, maksudnya saya ga bisa apa-apa. Kakak ga rugi emang? Kalo saya sama kakak beruntung banget”
Gw  : “Minder nih ceritanya? Aku sih ngerasanya aku biasa-biasa aja, ga ngerasa gimana-gimana”
FZ   : “Iya lah kak. Kakak lebih pinter, lebih religius, keahliannya lebih banyak. Saya mah apa”
Gw  : “Jangan gitu. Setiap orang kan bisa berubah, asal mau belajar sama usaha. Kamu juga punya keahlian kok, misalnya bikin aku ngakak. Hahahaa”
FZ   : “Emang pernah saya bikin kakak ngakak?”
Gw  : “Kamu sering bikin aku ketawa di grup”
FZ   : “Saya mana tau kakak ngakaknya pas kapan. Ga keliatan”
FZ   : “wkwk.. saya harus jadi gimana kak? Menurut kakak, apa yang harus diperbaiki dari saya kak?”
Gw  : “Apa yah? Menurut kamu sendiri apa? Aku kan ga tau”
FZ   : “Banyak kak saya mah, kualitasnya jauh dibawah kakak”
Gw  : “Heeem... minder lagi deh. Aku udah dua kali loh sebelumnya kayak gini”
FZ   : “Udah ada dua orang kak maksudnya yang kayak saya?”
Gw  : “Iya”
FZ   : “Kenapa kak mereka mindernya? Udah ke rumah?”
Gw  : “Ya sebelas duabelas lah sama kamu. Mereka belom ke rumah, ga berani, padahal orang tua aku ga gigit”
FZ   : “Lebih muda, sebaya, atau lebih tua kak? Hahah”
Gw   : “Yang lebih muda ada, yang lebih tua tapi seangkatan ada. Ih kepooo”
FZ   : “Masih kontak kak sampe sekarang?. Saya yang paling muda ya?”
Gw  : “Udah enggak. Enggak kok, ada yang lebih muda lagi, santaaai. Hahaha”
Kemudian, gw ceritain ke dia tentang anak ibu kos pas gw Praktek Kerja Lapangan yang suka sama gw, tapi dia udah nikah sekarang.
FZ   : “Kakak target nikah umur berapa?”
Gw  : “24,5 tahun maksimal, takut diomelin. Sebenernya sih ya... duh kasih tau ga yah?”
FZ   : “Kakak kelahiran tahun 1992 yah? Kenapa kak?”
Gw  : “Iya. Eh, ga jadi deh”

FZ   : “Oh, berarti cuman beda setahun kita. Eh kok ga jadi?”