Senin, 05 Desember 2016

The 'Kecret' Love Story (Part 237)


Sekitar sepuluh hari paska “kejadian ask.fm” tersebut, gw mulai bisa berfikir lebih jernih. Perlahan, kondisi gw mulai membaik. Gw ga akan membenci FZ. Kita tetap berteman dan akan selalu begitu. Siapa tau, suatu hari nanti kita saling membutuhkan kalo sudah berkeluarga. Eeem...maksudnya bukan gw jadi sama dia yah. Sudah berkeluarga disini maksudnya, kita sama-sama sudah berkeluarga dengan pasangan masing-masing dan kemudian jadi tetangga. Yah... mulai deh gw KTT (mengKhayal Tingkat Tinggi). Jadi... ceritanya begini...
Suatu hari, gw lagi masak buat suami dan anak-anak gw. Tiba-tiba, gas kompor abis di tengah-tengah masak. Sebentar lagi waktu makan tiba dan gw mesti buru-buru kelarin masakan tersebut. Karena beli gas terlalu lama, gw pun memutuskan untuk numpang masak di rumah tetangga. Nah, who knows lah ya, bisa jadi tetangga gw itu adalah dia (*wkwkwk). Bisa juga, misalnya gw lagi butuh banget bumbu dapur yang gw lupa beli dan ternyata persediaan di dapur abis. Bumbu dapur itu, kita sebut saja cabe merah dan bawang putih. Ceritanya, gw lagi mau bikin kimchi. Kok kimchi?. Emangnya lo nikah sama orang orang Korea, cim?. Bukan gitu, ya kan kimchi pakek bawang putih sama cabe merah. Abaikan pemirsah (*hahahaa).
Oke, lanjut ke cerita. Karena pergi ke pasar, jauh-jauh cuma buat beli cabe dan bawang putih doang itu ga efisien, gw pun memutuskan untuk minjem bahan-bahan tersebut ke tetangga gw, yang lagi-lagi adalah dia dan keluarganya. So sweet banget kaan masa depan kitaaa?. Judulnya jadi tetangga yang rukun dan saling tolong menolong. Gimana nih ceritanya? Bagus kaan? (*wkwkwk). Yah, ini mah jadi kocak begini karena gw menulis ini 4 bulan setelah kejadian tersebut, setelah hati gw pulih. Kalo waktu itu? Ga mungkin gw ngarang cerita kayak gini. Saat itu... hanya ada kehampaan dalam hidup gw.

The 'Kecret' Love Story (Part 236)



Gw tau, hanya waktu yang bisa menyembuhkan luka itu, dan juga... cinta yang baru. Tapi, gw sudah terlalu takut untuk mencintai siapapun. Di tengah keterpurukan tersebut, gw berusaha untuk menenangkan diri. Gw membaca quote-quote motivasi di twitter.
“Hati akan menemukan kedamaiannya saat kita mampu memaafkan. Jadilah pribadi yang anggun diatas ketulusan. -@pepatah
“Jatuh cintalah kepada jiwa indah yang akan tetap mencintai Anda, dan yang akan tetap Anda cintai.” -@marioteguh
“Cara terbaik untuk melupakan masa lalu adalah bukan dengan menghindari atau menyesalinya, namun dengan menerima dan memaafkannya. Memaafkan adalah jalan tercepat untuk sampai pada ke-Maha Pengasihan Tuhan.” -@pepatah
“Do’aku hari ini: Tuhan, kuatkan aku atas segala ujian dan cobaan dari-Mu. Aku tahu, Engkau sangat menyayangi aku.” -@pepatah
“Sesungguhnya, di dalam pedihnya kecewamu, ada pelajaran penting bagi kenaikan kelas hidupmu.” -@marioteguh
“Allah menciptakan malam dengan ketenangan. Waktu yang tepat untuk menumpahkan keresahan dan memohon pertolongan dengan penuh pengharapan. Allah menciptakan malam dengan kedamaian, tepat untuk meregangkan badan yang kelelahan dan memaafkan kesalahan yang menyakitkan. Atas setiap kejadian, berbaik sangka pada Tuhan, yang terasa berat menjadi ringan. Sabar dan shalat, lalu Tuhan berikan pertolongan.” -@7KR_
Gw berusaha untuk menenangkan perasaan. Setelah membaca quote-quote tersebut, memang memaafkan adalah sebuah keharusan. Dari awal gw tau FZ punya pacar baru, gw sudah bertekad untuk tidak membuat permusuhan apapun dengan dia, makannya, gw bilang ke dia kalo kita tetap berteman. Memang hati gw rasanya sakit banget, tapi gw sudah pernah mengalami kejadian serupa sebelumnya dengan si Z, jadi gw sudah lebih bisa mengendalikan diri. Gw ga suka bermusuhan dengan orang lain. Sebisa mungkin gw hindari, meski gw harus mengalah dan mengorbankan perasaan yang artinya... menyakiti diri sendiri.
“Teorinya mudah, mencintai itu berarti mengasihi tanpa harap balas, memaafkan bila dia salah, pengorbanan baik perasaan juga amalan.” @felixsiauw
Baiklah, tugas gw untuk mencintai sudah selesai. Mencintai berarti mengasihi tanpa harap balas, memaafkan bila dia salah, dan... berkorban baik perasaan juga perbuatan. Gw sudah berkorban perasaan dan juga perbuatan, dan sekarang, saatnya untuk memaafkan FZ. Lagi-lagi, gw cuma bisa meluapkan perasaan gw di twitter.
“Dan kini... aku sudah bisa merasakannya. Perlahan, jiwaku sudah mulai meninggalkanmu. Aku mulai bisa menyembuhkan luka. Kenangan-kenangan indah tak lagi membuatku rindu. Pun kenangan buruk tak lagi menyakitiku. Aku mulai terbiasa hidup seperti saat aku belum bertemu denganmu. Aku tau itu, karena aku bisa merasakannya. Perlahan, kenangan tentangmu mulai pudar. Bukan tak mungkin jika aku bisa dengan cepat melupakanmu, karena semua luka tercipta begitu tiba-tiba, menjatuhkanku sejatuh-jatuhnya. Dan aku berfikir, jika kamu bisa dengan mudah meninggalkanku, tidak seharusnya aku terlalu lama meninggalkanmu juga. Ya, aku mulai bisa merasakannya. Jiwaku... perlahan meninggalkanmu. Aku tak akan membencimu karena aku sudah berusaha berdamai dengan keadaan. Kita akan tetap berteman dan akan selalu begitu.”

The 'Kecret' Love Story (Part 235)



Masalah FZ cukup membuat hidup gw kacau beberapa hari. Selama beberapa hari itu, selain sulit tidur dan kehilangan nafsu makan, gw sering menangis sendiri tiap malam. Bahkan, gw hanya mendengarkan dua lagu sedih, soundtrack nya drama Korea ‘Descendant of The Sun’. Dua lagu tersebut gw putar berulang-ulang, entah berapa puluh kali. Selain itu, lagu ‘We don’t Talk Anymore’ juga gw putar berulang-ulang karena lagu ini kayak menggambarkan gw dan FZ yang ga bisa lagi kayak sebelumnya. Kita ga lagi ngobrol kayak biasanya, semuanya udah berbeda sejak dia memutuskan untuk memilih orang lain.
Tiap malem, gw lebih memilih tidur sendiri dibandingkan tidur sama nenek dan sepupu-sepupu gw. Alasannya, supaya gw bisa menangis tanpa ada orang yang tau. Tapi, sejak ada suatu kejadian, gw memutuskan untuk tidur bareng nenek gw. Waktu itu, ummi sudah kembali ke Kuningan terlebih dulu, jadi gw tidur sendirian di kamar belakang. Agak takut juga sih, soalnya pernah suatu hari, kipas di kamar itu mati sendiri. Entah cuma perasaan gw doang atau emang beneran. Kadang, gw jadi takut tidur sendirian dan memilih tidur bareng nenek dan sepupu-sepupu gw di kamar depan. Selain rame, kamar itu juga adem, karena ada AC-nya.
Saat tidur bareng nenek dan sepupu-sepupu gw, gw berusaha menahan tangis sampe mereka semua tidur. Saat mereka semua udah tidur, gw mulai nangis lagi sambil mendengarkan lagu yang sama, berkali-kali. Hal itu terus berlangsung bahkan sampe gw pulang ke rumah orang tua gw di Kuningan. Sepanjang perjalanan ke Kuningan, gw hanya menatap jalanan dengan tatapan kosong sambil dengerin lagunya Adele – Hello. Selama berjam-jam perjalanan, sepertinya hanya lagu itu yang gw putar. Karena gw duduk di kursi depan, di samping supir, gw jadi lebih tenang karena ga bakalan ada yang tau kalo gw lagi sedih saat itu.

The 'Kecret' Love Story (Part 234)



Sejak kasus FZ, gw sudah menyimpulkan satu hal. Saat elo mencintai seseorang, belom tentu orang itu tau bahwa ada elo yang mencintai dia. Kalaupun orang tersebut tau, belom tentu dia juga bakalan jatuh cinta sama lo. Kalaupun dia jatuh cinta sama lo, bisa jadi cuma suka aja, bukan cinta beneran. Kalaupun dia beneran cinta sama lo, belom tentu dia serius. Kalaupun dia serius sama lo, belom tentu dia mau memperjuangkan lo. Daaaan.... kalaupun memang dia serius dan mau memperjuangkan lo, belom tentu kalian berjodoh. Udah deh, kalo takdirnya ga jodoh mah udah skak mat, ga bisa diapa-apain lagi. Jadi, daripada makan ati lagi, sebaiknya lupakan saja siapapun yang lo cintai. Lupakan Mr.J.
Keesokan harinya, ummi kembali membicarakan hal tersebut. Ada satu hal yang kemudian membuat gw berfikir ulang untuk dikenalin sama IN. Ada perbedaan pemikiran diantara kita yang sepertinya bakalan sulit buat disatukan. Gw sepertinya ga bakalan bisa sama dia. Ummi pun berfikir demikian. Gw ga bisa menceritakan hal tersebut. Intinya, gw rasa kedepannya bakalan ga cocok sama dia. Oke, ummi pun ga jadi mengenalkan gw dengan IN melalui perantara ibunya IN. Gw ga begitu sedih karena memang gw ga ada perasaan apa-apa sama IN. Gw hanya kagum sesaat aja sama dia, bukan jatuh cinta.
Ah, seandainya aja perbedaan pemikiran itu ga ada, gw mah mau-mau aja deh dijodohin sama dia. Gw udah ga mau lagi patah hati karena siapapun. Tapi yang namanya ga jodoh ya pasti ada aja penghalangnya, ya kan?. Oke, cerita tentang IN berakhir disini. Sebenernya, setelah pikiran dan hati gw jernih, perbedaan pemikiran tersebut bisa dikompromikan, tapi ya memang dari dasarnya, dari hati yang terdalam, gw ga bener-bener suka sama IN, jadinya gw ga berusaha terlebih dahulu. Yap, I didn’t really like him, gw cuma kagum sesaat aja, terutama, karena ummi terus ngomporin gw buat dikenalin sama IN.