Kamis, 05 Januari 2017

Precognitive Dream (Part 15)

Sebenernya, mimpi yang gw alami itu belum tentu terjadi. Ada yang memang benar-benar terjadi di kehidupan nyata ada juga yang hanya jadi bunga tidur saja. Hanya Allah yang berkuasa untuk menjadikan mimpi gw nyata. Tapi biasanya, mimpi gw yang benar-benar terjadi di kehidupan nyata itu memiliki satu kesamaan. Mimpi-mimpi tersebut bisa gw inget jelas saat gw bangun tidur yang kemudian membuat gw bertanya, “apa maksud dari mimpi ini?”. Sebenernya, mimpi yang bisa benar-benar terjadi itu tidak hanya dialami oleh gw saja. Banyak juga orang yang mengalami hal yang sama seperti gw. Gw sering search di google terkait hal ini. Jadi pemirsah, sebenernya, dalam Islam, hal seperti ini juga dibahas.
Mimpi dalam Islam mempunyai kedudukan tersendiri.  Gw mengutip dari beberapa sumber, yang pertama dari Eramuslim.com. Isinya kira-kira begindang... eh begini...
Dalam psikologi modern, ada beberapa psikolog yang cukup fokus untuk mengkaji mimpi, salah satunya Sigmund Freud. Menurut Sigmund Freud, stimulus dan sumber dari kemunculan mimpi ada 4, yaitu: External sensory stimuli, internal (subjective) sensory excitations, internal organic somatic stimuli, dan psychical source of stimulation.
Jika disederhanakan, stimulus dan sumber tersebut bisa muncul dari dalam diri individu seperti dorongan tertentu, harapan dan keinginan-keinginan atau yang bersifat eksternal yang biasanya berasal dari pengalaman objektif atau bisa juga karena rangsangan organ badan maupun kondisi fisik. Namun demikian, tak dapat dipungkiri manusia bahwa mimpi adalah sebuah fenomena yang terkadang merupakan sebuah penjelasan akan terjadinya suatu hal di masa mendatang (futuristik). Hal ini jauh dari tangkapan logika manusia yang kemudian dianalisa oleh berbagai pakar, khususnya ulama atau para pengkaji mimpi dengan basis agama.
Mengapa demikian? Pertama, mimpi yang bersifat ghaib masih intens sebelum kiamat terjadi. Kedua, hal ini merupakan sebuah masalah karena ruang ini belum bisa difasilitasi oleh studi psikologi modern seperti psikodinamika atau behaviorisme. Hal-hal yang berbau ghaib, sulit diendus indera, jauh dari bayangan logika, pada hakikatnya akan dijauhkan dari psikologi. Ini tak lain karena hal yang berbau ghaib memang tidak dapat dicerna oleh panca indera manusia yang menjadi pegangan ilmu modern. Alhasil, jarang para psikolog modern berkutat dalam arus yang menantang ini, menjabarkan, menganalisa, hingga sampai terkonversi menjadi hipotesa pasti. Pada akhirnya, hal yang vital ini terbuang begitu saja atau paling tidak, dipendam di dalam alam bawah sadar manusia tanpa kita pernah memikirkannya. “Halaaah... cuma mimpi ini”. Mungkin begitulah sebagian kita bergumam.
Pertanyaannya, betulkah hal-hal seperti itu tak perlu dijelaskan? Atau... apakah kalau mau disebut ilmiah, hal ini sebagai cerita yang tidak bisa dikaitkan dengan nalar?. Tapi... bukankah ilmu diturunkan untuk menjawab persoalan apapun?. Lantas, apakah hal semacam ini bisa dijadikan studi, kajian ilmiah, bahkan objek penelitian?. Mungkin diantara anda yang terbiasa berfikir secara rasional atau mengandalkan akal saja akan bersikap negatif. Tapi bagaimana dengan Islam? Ini yang menarik untuk dibahas karena Islam telah memberikan jawaban atas kejadian ini, beberapa ratus tahun yang lalu.
Menurut ulama-ulama Islam kontemporer, Al-Qur’an menyebut mimpi dalam dua tema, yaitu ru’ya dan adghatsu ahlam (mimpi yang sulit ditakwil). Terkadang ru’ya merupakan mimpi yang bisa menyingkap misteri alam ghaib atau kejadian yang bersifat futuristik (terkait masa depan). Ru’ya juga muncul dalam manifestasi berupa perintah yang harus diemban oleh orang yang bermimpi tersebut. Sedangkan adghatsu ahlam merupakan mimpi yang sulit ditafsirkan.

Dalam hadits Abu Hurairah yang dihimpun oleh Muslim disebutkan pula tiga jenis ru’ya, yaitu: (1) mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, (2) mimpi yang menyusahkan yang datang dari syaithan dan (3) mimpi yang disebabkan oleh pikiran manusia atau bersumber dari keinginannya. Ru’ya yang ketiga masih dianggap standar karena merupakan hasil dari alam bawah sadar manusia itu sendiri dan jarang dikaji ulama karena bersifat keduniawian semata. 

Precognitive Dream (Part 14)

Seperti yang sudah gw ceritakan di ‘The Kecret Love Story”, gw pernah mimpi dibantuin bawa nampan sama Mr.J. Di mimpi tersebut, gw bawa nampan ke tempat cuci piring dan dia jalan di belakang gw sambil bawa piring atau gelas kotor juga. Di kehidupan nyata, saat gw mau naro nampan di tempat cuci piring, Mr.J yang saat itu lagi di ruang makan mengulurkan tangannya untuk naro nampan tersebut di tempat cuci piring.  Memang agak beda, tapi mirip. Tapi... ada satu hal yang aneh dari mimpi itu.
Jadi begini, di mimpi tersebut, saat gw dan Mr.J bawa nampan, kita naro piring atau gelas tersebut di tempat cuci piring. Tempat cuci piring yang gw lihat di mimpi itu bukan kayak wastafel, tapi tempat cuci piring di bawah. Di deket tempat cuci piring itu ada pintu yang terbuka, cahayanya silau dan gw ga tau itu ruangan atau pintu keluar. Di kemudian hari, saat gw pulang, rumah gw baru saja direnovasi. Gw kaget pas ngeliat dapur yang sudah berubah.
Sebagian ruang dapur diubah jadi kamar untuk adek gw, si Yahya. Pintu kamar tersebut tepat bersebelahan dengan tempat cuci piring. Karena letaknya di belakang dan jendelanya lagi terbuka, ruangan tersebut cukup terang. Saat pintunya terbuka di siang hari, ruangan itu jadi keliatan terang banget. Gw jadi teringat sesuatu. Tempat ini... mirip sama tempat yang gw liat di mimpi gw, padahal gw belum pernah ngeliat sebelumnya karena dapur tersebut direnovasi saat gw lagi ga ada di rumah. Entahlah...
Gw juga pernah mimpi ikut ngerayain ulang tahun di rumah murid gw tapi gw ga tau itu ulang tahun siapa. Gw cuma liat ada ibu SE bawa kue ulang tahun sambil senyum. Saat itu gelap dan cuma ada cahaya dari lilin ulang tahun. Beberapa bulan kemudian, saat ulang tahun si kembar Min – Jin, gw ikut ngerayain karena lagi jadwal ngajar. Saat lilin kue ulang tahun dinyalakan, lampu ruang makan dimatiin, jadi suasananya gelap dan cuma ada cahaya dari lilin. It’s sooo... unbelievable.
Ini juga sudah gw ceritakan di “The Kecret Love Story”. Saat gw lagi deket dan mau menuju ke hubungan yang serius dengan seseorang, si FZ, gw sering shalat tahajjud. Gw memohon supaya kalau FZ memang jodoh gw, jalannya dilancarkan, dan kalau bukan, gw berharap gw bisa ikhlas dan kuat menerima kenyataan. Dan setelah beberapa kali tahajjud, gw dua kali bermimpi. Yang pertama, gw mimpi lagi di sebuah tempat, mirip mall gitu. Gw lagi jalan dan melihat dia. Jarak kita deket, tapi dia lewat begitu saja tanpa melihat gw. Gw berharap dia melihat dan menyapa gw, tapi enggak. Setelah itu, sekitar satu atau dua minggu kemudian, gw kembali bermimpi.  Di mimpi tersebut, dia mendatangi gw dengan muka yang serem sehingga membuat gw takut. Dan ternyata, ga lama kemudian, gw mengetahui fakta bahwa dia punya pacar baru dan meninggalkan gw karena suatu alasan.

Precognitive Dream (Part 13)

Berkali-kali mimpi gw benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Meski demikian, gw ga ingin membuat kesimpulan apapun karena gw ga tau apakah mimpi gw itu bener atau enggak sampai hal tersebut benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Setiap kali gw memimpikan sesuatu yang begitu jelas, gw hanya mengatakan pada diri sendiri bahwa itu hanya mimpi, hanya bunga tidur, ga ada makna apapun. Tapi kemudian, mimpi-mimpi gw terus-menerus terjadi di kehidupan nyata. Then, those dreams are not only dreams. Those dreams are... signs... of... future.
 Gw mimpi dateng ke klinik UIN. Di mimpi itu, gw ketemu sama orang-orang disana. Sepertinya sih gw kerja di sana. Beberapa orang yang gw temui di mimpi itu, gw kenal, karena teh Endah sering nyeritain mereka. Teh Endah ini temen sekosan gw yang kerja di klinik UIN. Oke, gw ga ada pikiran apapun terkait mimpi itu. Gw udah ga mau mikirin mimpi-mimpi gw yang di kemudian hari benar-benar terjadi. Tapi, pada suatu hari, perut gw terasa sakit. Gw kira itu sakit perut biasa.
Lama kelamaan, gw tungguin kok sakitnya ga ilang-ilang ya?. Sakitnya itu makin menjadi-jadi di satu titik, ga kayak sakit perut biasanya. Gw takut gw sakit usus buntu karena sebelumnya, teh Endah abis operasi usus buntu. Tempat nyerinya hampir sama dengan tempat nyeri perut gw. Semaleman gw ga bisa tidur karena nahan sakit. Karena ga ilang-ilang sampe pagi, teh Endah nyaranin gw buat ikut dia ke klinik, sekalian dia berangkat kerja. Sesampainya disana, gw kembali teringat mimpi gw. Ternyata mimpi itu bener. Gw di kemudian hari bakalan ke tempat ini. Tapi... di mimpi itu sepertinya gw kerja di sana. Entahlah.

Beberapa minggu kemudian, teh Endah nawarin gw buat ikut jadi enumerator penelitian dosen. Beliau dosen kedokteran yang lagi nyelesein penelitian untuk disertasinya. Gw tanya ke teh Endah tempat penelitiannya dimana. Tahukah? dia bilang kalo penelitiannya itu di klinik UIN. Whaaaatt??? gw kembali teringat mimpi itu. Berarti bener, gw akan kerja di sana, ketemu orang-orang disana dan kerja bareng mereka. Dan tibalah hari itu, hari dimana gw diundang untuk rapat terkait penelitian dosen tersebut. Saat rapat berlangsung, gw kepikiran lagi sama mimpi gw yang seakan memberitahu gw bahwa di masa depan gw akan bekerja disana.

Precognitive Dream (Part 12)

Seperti yang sudah diceritakan di "Precognitive Dream Part 11", orang tua gw akhirnya menjodohkan kak PR dengan adek gw. Di kemudian hari, ada suatu persoalan terkait adek gw dan kak PR. Awalnya, adek gw setuju untuk dikenalkan dengan kak PR. Dikenalkan disini maksudnya bukan untuk main-main yah, tapi untuk serius menikah. Di keluarga gw, pacaran itu ga dibolehin. Kalo mau pacaran ya nikah dulu. Nah, berhubung adek gw udah siap untuk menikah, dan dia juga lebih memilih untuk dicarikan calon suami oleh orang tua, ummi abi ngerasa kalo perjodohan ini bakalan berjalan lancar.
Naamuuun... pada suatu hari, adek gw nelfon ummi dan nangis-nangis. Dia tiba-tiba ga mau dijodohin sama kak PR. Gw jadi bingung sendiri. Ada satu alasan yang membuat dia enggan untuk dijodohkan dengan kak PR. Dia ngomel-ngomel ke ummi karena ga berani ngomong langsung sama abi. Gw ga berani mengomentari keputusan adek gw karena itu hak dia. Ummi, tante, dan nenek gw bingung mesti gimana. Ummi gw bilang, mungkin Maryam bersikap seperti itu karena emosi dia lagi ga stabil. Saat itu, adek gw memang lagi menstruasi. You know laah... yang namanya perempuan, kalo lagi menstruasi itu suka ga stabil emosinya. Ada apa-apa dikit sensitif bawaannya.
Kemudian, gw kepikiran lagi sama mimpi gw yang mengatakan bahwa kak PR bakalan nikah sama Maryam. Gw hanyalah manusia biasa, mimpi gw bisa jadi benar, bisa jadi juga salah. Tapi entah kenapa, gw yakin banget kalo mimpi itu bener. Gw pun ngobrol sama Maryam lewat whatsapp. Gw ga berhak menggurui dia dalam masalah ini. Gw hanya memberi saran sama dia buat ketemu dulu sama orangnya, siapa tau ada kecocokan. Kalaupun setelah ketemu masih ga cocok, yaudah, itu terserah dia. Biasanya, kalo udah ketemu langsung itu beda rasanya. Harusnya nasehat ini buat diri gw sendiri yah (*hahahaa).
Oh iya, Alhamdulillah adek gw dapet kesempatan untuk naik haji gratis tahun ini. Kebetulan, orang tua kak PR juga naik haji tahun ini. Orang tua kak PR pengen ketemu sama adek gw di Mekkah. Dan... kebetulan jugaa... kak PR lagi menyelesaikan kuliah S2 nya di Arab. Gw rasa, dari semua kebetulan tersebut, adek gw dan kak PR memang jodoh. Entahlah... semuanya gw serahkan sama adek gw. Gw hanya punya hak untuk memberikan saran, bukan memaksa dia untuk menerima kak PR. Singkat cerita, selepas naik haji, adek gw ketemu sama kak PR, ditemani sama temen gw dan suaminya yang tinggal di Mekkah. Setelah pertemuan tersebut, adek gw setuju untuk melanjutkan proses perkenalan tersebut ke tahap yang lebih serius. Gw tau hal tersebut dari ummi.

Kemudian, di bulan November 2016 lalu, orang tuanya kak PR dateng ke rumah buat lamaran. Gw bener-bener ga tau harus ngomong apa. Gw bilang ke ummi, “ummi... kok bisa yah mimpi aku itu beneran kejadian?”. Ummi gw juga bingung. Gw masih bisa bersikap biasa saat mimpi gw yang beneran kejadian itu adalah hal-hal biasa. Hal-hal yang probabilitasnya memang besar untuk terjadi di kehidupan nyata. Taapiii... ini menyangkut masa depan orang, jodoh orang yang siapapun ga ada yang tau, kecuali Allah. Akhirnya, adek gw jadi menikah dengan kak PR.