Sabtu, 07 Januari 2017

Precognitive Dream (Part 18)

Kesimpulannya adalah, dalam Islam, mimpi memiliki kedudukan tersendiri. Nabi Muhammad SAW telah mengatakan bahwa jika hari kiamat telah dekat, mimpi seorang muslim yang shalih dan jujur perkataannya hampir tidak ada dustanya, yang artinya, mimpi tersebut mendekati benar dan sangat mungkin terjadi di kehidupan nyata jika mimpi tersebut adalah mimpi yang baik. Mimpi yang baik datang dari Allah sebagai kabar gembira bagi hamba-Nya, sementara mimpi buruk datang dari syaithan dan tidak benar. Saat kita mendapat mimpi buruk, hendaknya kita berdo’a pada Allah dan mimpi buruk tersebut tidak akan terjadi. Baiklah, kabar baiknya, mimpi yang baik dan benar-benar terjadi di kehidupan nyata adalah kabar gembira dari Allah. Kabar buruknya, hal ini merupakan salah satu ciri atau tanda bahwa hari kiamat semakin dekat, seperti yang dikatakan Rasulullah SAW, “Ketika kiamat telah mendekat, mimpi seorang muslim hampir tidak ada dustanya. Mimpi salah seorang di antara kalian yang paling mendekati kebenaran adalah mimpi orang yang paling jujur dalam berbicara”. Gw semakin takut dan sedikit demi sedikit berusaha untuk memperbaiki ibadah dan amal.
Meski demikian, gw masih takut kalo apa yang gw alamin ini merupakan gangguan jin atau syaithan. Akhirnya, suatu hari, gw dan temen gw pergi ke bengkel ruhani buat diruqyah. Temen gw ini sebut saja Walidatul laili, nama asli, dan biasa gw panggil encrung. Wkwkwk, maap ya waal. Nah, singkat cerita, saat diruqyah, gw tidur di atas tempat tidur. Saat itu, yang diruqyah ga cuma gw, tapi ada satu ibu yang ditemani anaknya. Gw pun berbaring di atas tempat tidur, memejamkan mata sambil mendengarkan ayat-ayat ruqyah, sementara Wali duduk di kursi yang ada disana.

Setelah proses ruqyah selesai, gw ga merasakan ada keanehan atau reaksi apapun. Tapi, kata si Wali, di tengah-tengah ruqyah, ibu yang diruqyah bareng gw menunjukkan reaksi. Matanya yang tadinya merem tiba-tiba melek dan tangannya ngangkat, kayak orang yang tersentak. Gw ga tau apa-apa karena mata gw juga merem. Oh berarti, sepertinya ada jin yang mengganggu ibu tersebut, sepertinya. Dan gw, Alhamdulillah baik-baik aja, ga ada apa-apa. Semoga, mimpi-mimpi gw yang benar-benar terjadi tersebut memang dari Allah dan bukan dari jin/syaithan.

Precognitive Dream (Part 17)

Mimpi mempunyai kedudukan yang agung dalam Islam. Bagaimana tidak, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menjadikannya sebagai isyarat akan datangnya kabar gembira. Bahkan dalam hadits yang lain beliau shallallahu alaihi wasallam telah bersabda: الرُّؤْيَا الْحَسَنَةُ مِنْ الرَّجُلِ الصَّالِحِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ “Mimpi baik yang berasal dari seorang yang saleh adalah satu bagian dari 46 bagian kenabian.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Menjelaskan hadits yang semakna dengan di atas, Asy-Syaikh Muhammad Al-Utsaimin rahimahullah berkata, ”Makna sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِيْنَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ  adalah apa yang diimpikan seorang mukmin akan terjadi dengan benar, karena mimpi tersebut merupakan permisalan yang dibuat bagi orang yang bermimpi. Terkadang mimpi itu adalah berita tentang sesuatu yang sedang atau akan terjadi kemudian sesuatu itu benar terjadi persis seperti yang diimpikan.
Dengan demikian, dari sisi ini mimpi diibaratkan seperti nubuwwah dalam kebenaran apa yang ditunjukkannya, walaupun mimpi berbeda dengan nubuwwah. Karena itulah mimpi dikatakan satu dari 46 bagian nubuwwah. Kenapa disebut 46 bagian, karena hal ini termasuk perkara tauqifiyyah (yang ditetapkan hanya dengan wahyu). Tidak ada yang mengetahui hikmahnya sebagaimana halnya bilangan-bilangan rakaat dalam shalat.
Adapun ciri orang yang benar mimpinya adalah seorang mukmin yang jujur, bila memang mimpinya itu mimpi yang baik/bagus. Jika seseorang dikenal jujur ucapannya ketika terjaga, ia memiliki iman dan takwa, maka secara umum mimpinya benar. Karena itulah, hadits ini pada sebagian riwayatnya datang dengan menyebutkan adanya syarat, yaitu mimpi yang baik/bagus dari seorang yang shalih. Dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: أَصْدَقُهُمْ رُؤْيًا أَصْدَقُهُمْ حَدِيْثًا “Orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur ucapannya.” Akan tetapi, perlu diketahui di sini bahwa mimpi yang dilihat seseorang dalam tidurnya itu ada tiga macam: Pertama: Mimpi yang benar lagi baik. Inilah mimpi yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai satu dari 46 bagian kenabian. Secara umum, mimpinya itu tidak terjadi di alam nyata. Namun terkadang pula terjadi persis seperti yang dilihat dalam mimpi. Terkadang terjadi di alam nyata sebagai penafsiran dari apa yang dilihat dalam mimpi.
Dalam mimpi ia melihat satu permisalan kemudian ta’bir dari mimpi itu terjadi di alam nyata namun tidak mirip betul. Contohnya seperti mimpi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa waktu sebelum terjadi perang Uhud. Beliau mimpi di pedang beliau ada rekahan/retak dan melihat seekor sapi betina disembelih. Ternyata retak pada pedang beliau tersebut maksudnya adalah paman beliau Hamzah radhiyallahu ‘anhu akan gugur sebagai syahid. Karena kabilah (kerabat/keluarga) seseorang kedudukannya seperti pedangnya dalam pembelaan yang mereka berikan berikut dukungan dan pertolongan mereka terhadap dirinya. Sementara sapi betina yang disembelih maksudnya adalah beberapa sahabat beliau radhiyallahu ‘anhum akan gugur sebagai syuhada karena pada sapi betina ada kebaikan yang banyak, demikian pula para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Mereka adalah orang-orang yang berilmu, memberi manfaat bagi para hamba dan memiliki amal-amal shalih.
Kedua: Mimpi yang dilihat seseorang dalam tidurnya sebagai cermin dari keinginannya atau dari apa yang terjadi pada dirinya dalam hidupnya. Karena kebanyakan manusia mengimpikan dalam tidurnya apa yang menjadi bisikan hatinya atau apa yang memenuhi pikirannya ketika masih terjaga (belum tidur) dan apa yang berlangsung pada dirinya saat terjaga (tidak tidur). Mimpi yang seperti ini tidak ada hukumnya.
Ketiga: Gangguan dari setan yang bermaksud menakut-nakuti seorang manusia, karena setan dapat menggambarkan dalam tidur seseorang perkara yang menakutkannya, baik berkaitan dengan dirinya, harta, keluarga, atau masyarakatnya. Hal ini dikarenakan setan memang gemar membuat sedih kaum mukminin sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, dengan tujuan agar orang-orang beriman itu bersedih hati, padahal pembicaraan itu tidaklah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka kecuali dengan izin Allah” (Q.S Al-Mujadilah: 10)
Setiap perkara yang dapat menyusahkan seseorang dalam hidupnya dan mengacaukan kebahagiaan hidupnya merupakan target yang dituju oleh setan. Ia sangat bersemangat untuk mewujudkannya, baik orang yang hendak diganggunya itu tengah terjaga atau sedang larut dalam mimpinya. Karena memang setan merupakan musuh sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا “Sesungguhnya setan itu merupakan musuh bagi kalian maka jadikanlah ia sebagai musuh.” (Fathir: 6)

Precognitive Dream (Part 16)

Tidak ada ilmu pengetahuan (science) yang dapat menjelaskan kenapa mimpi seseorang bisa benar-benar terjadi di kehidupan nyata, apalagi di masa depan. Sementara Islam telah menjabarkan bahwa mimpi memiliki kedudukan tersendiri dalam Islam. Mimpi merupakan salah satu ciri kenabian tapi bukan berarti semua orang yang mimpinya benar-benar terjadi di kehidupan nyata itu Nabi karena itu hanya salah satu dari 46 ciri kenabian. Mimpi yang benar-benar terjadi di masa depan, bisa juga dialami oleh orang Muslim yang paling jujur dalam berbicara, seperti yang dijelaskan pada hadits berikut:
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi SAW bersabda: Ketika kiamat telah mendekat, mimpi seorang muslim hampir tidak ada dustanya. Mimpi salah seorang di antara kalian yang paling mendekati kebenaran adalah mimpi orang yang paling jujur dalam berbicara. Mimpi orang muslim adalah termasuk satu dari empat puluh enam bagian kenabian. Mimpi itu dibagi menjadi tiga kelompok: Mimpi yang baik, yaitu kabar gembira yang datang dari Allah. Mimpi yang menyedihkan, yaitu mimpi yang datang dari setan. Dan mimpi yang datang dari bisikan diri sendiri. Jika salah seorang di antara kalian bermimpi yang tidak menyenangkan, maka hendaknya dia bangun dari tidur lalu mengerjakan shalat dan hendaknya jangan dia ceritakan mimpi tersebut kepada orang lain. Beliau berkata: Aku gembira bila mimpi terikat dengan tali dan tidak suka bila mimpi dengan leher terbelenggu. Tali adalah lambang keteguhan dalam beragama. Abu Hurairah berkata: Aku tidak tahu apakah ia termasuk hadis atau ucapan Ibnu Sirin. (Shahih Muslim No.4200)

Banyak ilmuwan berpendapat bahwa di dalam diri manusia terdapat kekuatan yang luar biasa yang belum diketahui seluruhnya. Dengan kekuatan tersebut, orang dapat menemukan hal-hal yang tidak di ketahui sebelumnya. Oleh karena itu, pengingkaran mimpi secara totalitas dan menganggapnya sebagai bunga tidur, sebenarnya merupakan sikap yang sangat ceroboh dan tergesa-gesa. Karena, pengingkaran yang tidak berdasarkan atas dalil adalah pengingkaran terhadap sesuatu yang bersifat supranatural, yang tidak dapat ditangkap panca indera manusia. Mereka hanyalah percaya pada tumpukan materi yang tebal dan tidak percaya pada apa yang Allah berikan kepada manusia, yaitu kemampuan untuk dapat menembus batas waktu dan ruang, serta kemampuan untuk dapat melihat sebagian dari apa yang ada dibalik alam gaib serta dari hal-hal yang disembunyikan dari alam tersebut.