Kamis, 02 Maret 2017

The 'Kecret' Love Story (Part 252)

Suatu hari, gw shalat tahajjud setelah beberapa minggu ga shalat tahajjud. Gw baru menemukan sebuah pola bahwa saat gw shalat tahajjud, banyak hal dari mimpi gw yang benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Ga semua sih, tapi sebagian besar seperti itu. Malam itu, gw bangun dan wudhu. Gw shalat beberapa rakaat dan kemudian berdo’a. Gw berharap, Allah menunjukkan apa yang seharusnya gw lakukan. Gw berharap, semuanya jadi jelas.
Gw berdo’a, “Ya Allah, hamba benar-benar tidak tahu apa yang harus hamba lakukan karena hamba tidak tau apapun tentang masa depan. Hamba pasrah dengan apapun. Tolong aku untuk melakukan apa yang seharusnya aku lakukan Ya Allah. Aku tidak tau harus bagaimana.” Setelah itu, adzan shubuh berkumandang dan gw langsung shalat shubuh. Karena ngantuk, abis shalat shubuh gw tidur lagi. Dan...tanpa disangka, gw pun bermimpi.
Di mimpi itu, gw dateng ke rumah murid gw dan ngajar. Saat itu, yang gw ajar adalah Sun Ah. Setau gw, dia dan keluarganya, kecuali pamannnya, pulang ke Korea beberapa hari yang lalu. Gw pun nanya ke dia, “kok kamu ga jadi pulang ke Korea?”, dia ga menjawab. Tiba-tiba, gw melihat Mr.J dateng dari pintu masuk rumah. Sepertinya baru pulang kerja. Meski kita berpapasan, gw sengaja ga melihat ke arah dia. Di mimpi itu, dia pake kemeja putih garis-garis biru lengan panjang dan celana jeans biru muda. Bahkan pakaiannya di mimpi pun gw inget yaa. Hahaha... ga penting banget. Abis itu, gw pun masuk ke ruang belajar.
Ga lama kemudian, Mr.J masuk ke ruang belajar. Saat itu kostumnya udah berubah, kalo ga salah, dia pake jaket warna cokelat. Tingkahnya agak aneh, ga kayak biasanya yang cuma menyapa dan ngomong sedikit. Dia senyum ke gw dan ngajak gw ngobrol. Gw lupa dia ngomong apaan. Saat dia ngomong, ekspresinya itu beda, ga kayak biasanya. Di mimpi itu, dia keliatan lebih luwes ngomongnya. Dia juga ngomong sambil senyum. Senyumnya ceria banget, padahal di kehidupan nyatanya ga kayak gitu kalo sama gw.
Tiba-tiba dia megang tangan gw, sedikit, cuma kena jari manis sama jari kelingking. Gw agak kaget dan cuma diem. Entah apa yang dia katakan saat itu, gw ga inget. Gw cuma inget dia bilang “maaf”. Saat gw bangun, gw bener-bener bisa mengingat mimpi tersebut dengan jelas. Mimpi itu terlalu aneh, maybe it’s just a dream. Awalnya, gw bahagia karena mimpi tersebut, tapi kemudian, gw kembali mengingatkan diri sendiri supaya ga terbawa perasaan. Cim, semakin lo berharap dan ga berusaha untuk melupakan, lo akan ngerasa semakin sakit saat suatu hari nanti perpisahan itu terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar