Selasa, 22 November 2016

The 'Kecret' Love Story (Part 228)

Setelah seharian mengurung diri di kamar, keesokan harinya gw memutuskan untuk keluar rumah. Hanya duduk di depan rumah nenek gw yang posisinya di pinggir jalan raya sambil ngeliat kendaraan yang lalu-lalang. Gw hanya duduk, menarik nafas dalam-dalam, memandangi kendaraan yang lalu-lalang, dan kadang melihat jauh ke langit. Sambil melihat ke langit, hati gw berteriak, “kenapa? kenapa harus aku Ya Allah? Kenapa bukan perempuan lain saja yang mengalami ini? hamba sudah lelah patah hati berkali-kali. Kenapa orang lain bisa menikah dengan orang yang dicintainya tanpa harus merasakan patah hati berkali-kali? Kenapa mereka bisa tapi aku tidak?”. Sunyi. Hanya suara kendaraan yang bisa gw dengar. Dan gw... kembali menatap jalanan dengan tatapan kosong.
Keesokan harinya, gw melakukan hal yang sama. Duduk di depan rumah sambil melihat kendaraan yang lalu-lalang. Mungkin, dari puluhan orang yang lewat ini, ada beberapa yang pernah mengalami hal yang serupa dengan gw. Ah, rasanya gw ingin menyudahi ini semua. Pengen rasanya gw menceburkan diri dari tebing tinggi ke laut, kemudian menghilang. Masalah selesai. Tapi, hidup ini bukan hanya di dunia saja kan?. Ada akhirat yang menanti. Dan untuk orang yang sengaja mengakhiri hidupnya alias bunuh diri, dosanya ga akan diampuni. Masalah bukannya akan selesai, tapi malah akan jauh lebih berat di akhirat nanti. Inget itu!.
Selasa, Juli 2016. Hari itu adalah hari ulang tahun FZ. Malemnya, gw menulis surat ucapan ulang tahun pake spidol warna-warni. Bahkan buat nulis surat itupun rasanya gw ga sanggup. Pelan-pelan gw tulis suratnya dengan tangan gemetar (*ini serius loh). Dengan sekuat hati gw tulis surat itu. Selesai nulis surat, gw foto surat tersebut. Keesokan harinya, gw kirim foto surat itu dan ga lupa juga, gw kirim video piano buat dia. Setelah semua kekirim, gw pasrah dengan apa yang bakalan terjadi. Hari itu, gw juga bakalan ngomongin semuanya. Semua yang udah gw pendam beberapa  hari terakhir itu.
Jawaban dia saat dapet kiriman itu biasa aja. Ga seheboh biasanya. Ya maklumlah, keadaannya kan udah beda, dia udah punya pacar baru dan gw... bukanlah apa-apa lagi. Gw udah ga berarti lagi buat dia.
Gw  : “Happy birthday ya FZ... ini judulnya Fur FZ (harusnya fur elise). Ya mirip-mirip lah. Haha
FZ   : “Aduh kak saya kaget. Kakak kok tau?. Makasih banyak ya kaak”
Pesan itu sengaja ga gw baca sampe siang. Sampe... dia upload foto di path, lagi makan bareng sama pacarnya di sebuah tempat makan. Tempat makan disini bukan kotak makan yang buat bekel ke sekolah itu yah, bukan. Tempat makan yang gw maksud adalah Cafe dan sejenisnya. Yaampuun... gapenting banget yah gw jelasin beginian. Mohon abaikan pemirsah. Gw yang melihat itu... you know lah gimana rasanya. Saaakkiiiiit banget. Sebenernya, gw udah punya feeling kalo dia bakalan jalan-jalan sama pacarnya di hari ulang tahunnya itu. Dan ternyata, itu benar-benar terjadi. Gw pun merasa, ini waktu yang tepat buat mengungkapkan semuanya. Siang itu, gw putuskan untuk membalas WA nya.
Gw  : “Iya, waktu itu tau dari lembaran yudisium. Maaf ya, harusnya lagu ulang tahun. Tapi partiturnya dicari-cari ga ada, terus ga sempet juga karena mepet pulang kampung. Oh iya, selamat ya... semoga langgeng sama pacarnya J

FZ   : “Oalah iya kak, makasih banyak ya. Bagus kok”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar