Rabu, 29 Oktober 2014

The 'Kecret' Love Story (Part 123)

Keesokan harinya kita dibagi jadi dua kelompok. Hari itu kita cuma turun di lima desa sisa yang ternyata bermasalah dengan perijinan penelitiannya karena ada miss universe, miss world, dan miss miss an yang dateng kesitu. Eh sorry, typo. Maksut gw,  ada miss communication dan miss understanding antara kepala desa dengan pemberi informasi (*KRIIK...KRIIIK...). Gw ga bisa jelasin panjang lebar terkait hal tersebut karena urusan perijinan bukanlah tugas enumerator. Intinya, ada masalah yang tak biasa.
Berdasarkan hasil kocokan, gw dan kak AG dapet di salah satu Desa yang ga mau gw sebutkan namanya. Sebut saja desa CG. Desa CG ini tempatnya di daerah pantai yang panasnya ruaaarrr biaassaaa. Udah gitu menurut gw  dan kak AG, aparat desa nya kurang kooperatif buat penelitian ini. Mungkin itu efek dari miss communication dan miss understanding yang terjadi sebelumnya. Ataaaauu.... memang aparat desanya aja yang kurang kooperatif. Entahlah.
Hari itu gw rasa lebih berat lagi dari hari-hari sebelumnya, padahal yang mesti gw wawancara hari itu cuma tiga responden, setengah dari biasanya. Tapi memang ga mudah. Selain aparat desa yang kurang kooperatif, warganya juga begitu adanya. Banyak banget yang menolak untuk diwawancara karena takut diambil darahnya. Bener-bener aneh kalo kata gw. Kenapa bisa ada sebanyak itu orang yang takut diambil darahnya?. Padahal di desa-desa yang gw kunjungi sebelumnya, yang nolak diwawancara dan diambil darah paling cuma satu-dua orang. Lah ini ada kali lebih dari lima orang. Gw sampe harus keliling-keliling buat nyari warga lain yang mau diwawancara, itupun dengan dibujuk-bujuk. Gw jadi bertanya-tanya dalam hati, “Apakah di desa ini telah tersebar rumor bahwa yang ngambil darah bukanlah petugas kesehatan melainkan vampire?”. Gw ga tau. Padahal yah, gw berani sumpah, yang ngambil darah itu bener-bener petugas kesehatan dari golongan manusia. Tapi ya sudahlah, mungkin mereka lebih mempercayai gosip. Ga apa-apa, itu hak mereka.
Tapi diantara orang-orang yang menolak tersebut, ada satu ibu-ibu yang baek banget. Gw lupa namanya. Kalo gw inget, pasti gw sebutin namanya, bukan singkatan atau nama samarannya, tapi nama aslinya bakalan gw sebutin deh di sini. Bahagia banget saat akhirnya gw menemukan ibu tersebut. Setelah menemukan ibu itu, gw langsung memeluk beliau kemudian nyanyi lagunya NAFF, 'aakhiirnyaaaa...ku menemukaan muu. Saat hati iiniii...mulai meraaguuu'. Ibu itu kemudian diam terpaku dan shocked berat. Oke, ini hanyalah kejadian fiktif belaka, jika ada kesamaan nama dan tempat, ya harap maklum. Ibu tersebut memang baik hati. Baru gw jelasin maksud dan tujuan kedatangan gw, ibu tersebut menyambut dengan hangat dan mau diwawancara. Sebenernya banyak di desa lain yang kayak gitu, tapi di desa ini ibu macam itu langka. Finally, I found you, ibu (*pfiuuuh).

Kebetulan anak ibu tersebut lagi SMA. Jarang-jarang loh gw temuin di sana orang yang sekolah sampe SMA. Kebanyakan tamat SD atau SMP. Gw semangatin ibunya supaya anaknya bisa lanjut kuliah. Gw bilang ke ibu itu, walaupun kuliah mahal, tapi masih banyak peluang beasiswa yang bisa diambil. Gw berdo’a semoga rezeki ibu itu lancar. Gw juga do’ain supaya anaknya bisa kuliah dan sukses nantinya. Aamiiin Ya Allah... Aamiiin Yaa Rabbal ‘alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar