Keesokan harinya kita dibagi jadi dua kelompok. Hari itu kita cuma turun
di lima desa sisa yang ternyata bermasalah dengan perijinan penelitiannya
karena ada miss universe, miss world, dan miss miss an yang dateng
kesitu. Eh sorry, typo. Maksut gw, ada miss communication dan miss
understanding antara kepala desa dengan pemberi informasi
(*KRIIK...KRIIIK...). Gw ga bisa jelasin panjang lebar terkait hal tersebut
karena urusan perijinan bukanlah tugas enumerator. Intinya, ada masalah yang
tak biasa.
Berdasarkan hasil kocokan, gw dan kak AG dapet di salah satu Desa yang ga
mau gw sebutkan namanya. Sebut saja desa CG. Desa CG ini tempatnya di daerah
pantai yang panasnya ruaaarrr biaassaaa. Udah gitu menurut gw dan kak AG, aparat desa nya kurang kooperatif
buat penelitian ini. Mungkin itu efek dari miss communication dan miss
understanding yang terjadi sebelumnya. Ataaaauu.... memang aparat desanya
aja yang kurang kooperatif. Entahlah.
Hari itu gw rasa lebih berat lagi dari hari-hari sebelumnya, padahal yang
mesti gw wawancara hari itu cuma tiga responden, setengah dari biasanya. Tapi
memang ga mudah. Selain aparat desa yang kurang kooperatif, warganya juga
begitu adanya. Banyak banget yang menolak untuk diwawancara karena takut
diambil darahnya. Bener-bener aneh kalo kata gw. Kenapa bisa ada sebanyak itu
orang yang takut diambil darahnya?. Padahal di desa-desa yang gw kunjungi
sebelumnya, yang nolak diwawancara dan diambil darah paling cuma satu-dua
orang. Lah ini ada kali lebih dari lima orang. Gw sampe harus keliling-keliling
buat nyari warga lain yang mau diwawancara, itupun dengan dibujuk-bujuk. Gw jadi
bertanya-tanya dalam hati, “Apakah di desa ini telah tersebar rumor bahwa yang
ngambil darah bukanlah petugas kesehatan melainkan vampire?”. Gw ga tau. Padahal yah, gw berani sumpah, yang ngambil darah itu bener-bener petugas kesehatan dari golongan manusia. Tapi ya sudahlah, mungkin mereka lebih mempercayai gosip. Ga apa-apa, itu hak mereka.
Tapi diantara orang-orang yang menolak tersebut, ada satu ibu-ibu yang
baek banget. Gw lupa namanya. Kalo gw inget, pasti gw sebutin namanya, bukan
singkatan atau nama samarannya, tapi nama aslinya bakalan gw sebutin deh di sini. Bahagia banget saat akhirnya gw menemukan ibu tersebut. Setelah menemukan ibu itu, gw langsung memeluk beliau kemudian nyanyi lagunya NAFF, 'aakhiirnyaaaa...ku menemukaan muu. Saat hati iiniii...mulai meraaguuu'. Ibu itu kemudian diam terpaku dan shocked berat. Oke, ini hanyalah kejadian fiktif belaka, jika ada kesamaan nama dan tempat, ya harap maklum. Ibu tersebut memang baik hati. Baru
gw jelasin maksud dan tujuan kedatangan gw, ibu tersebut menyambut dengan
hangat dan mau diwawancara. Sebenernya banyak di desa lain yang kayak gitu,
tapi di desa ini ibu macam itu langka. Finally, I found you, ibu (*pfiuuuh).
Kebetulan anak ibu tersebut lagi SMA. Jarang-jarang loh gw temuin di sana
orang yang sekolah sampe SMA. Kebanyakan tamat SD atau SMP. Gw semangatin
ibunya supaya anaknya bisa lanjut kuliah. Gw bilang ke ibu itu, walaupun kuliah
mahal, tapi masih banyak peluang beasiswa yang bisa diambil. Gw berdo’a semoga
rezeki ibu itu lancar. Gw juga do’ain supaya anaknya bisa kuliah dan sukses
nantinya. Aamiiin Ya Allah... Aamiiin Yaa Rabbal ‘alamiin.